Dewasa ini etika menjadi sesuatu yang mahal dalam kehidupan masyarakat. Etika tampaknya semakin menjauh dari keseharian kita. Bukan etika yang sengaja menjauhi kita tapi kitalah yang secara sadar atau tidak telah meninggalkan etika jauh di belakang.
Etika tidak hanya ditinggalkan oleh masyarakat umum kebanyakan, tetapi juga oleh mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Pada organisasi-organisasi profesi, kode etik hanya dipandang sebagai pajangan. Kata-kata yang ada di dalamnya, tidak lagi menjadi panduan profesionalitasnya tetapi justru seolah menantang untuk dilanggar.
Seorang dokter bisa dengan mudah mengeluarkan surat keterangan yang menguntungkan seseorang yang sedang bermasalah secara hukum.Â
Mondar-mandirnya seorang napi tipikor untuk dirawat di sebuah rumah sakit, sering kita saksikan. Bukti bahwa dokter-dokter yang merekomendasikannya, tidak lagi berkaca kepada kode etik yang dipegangnya.
Seorang akuntan, bisa dengan mudah menyembunyikan peristiwa luar biasa dari kliennya yang seharusnya ia "disclosure" dalam opininya.
Etika semakin jauh dari kita. Berpegangan pada etika dianggap sebagai ketertinggalan. Adab sopan santun sebagai bagian dari etika pergaulan masyarakat, terus dikikis hingga habis.
Kebiasaan cium tangan yang dipraktikan oleh sebagian masyarakat kita digugat sebagai bentuk feodalisme. Padahal cium tangan adalah bentuk dari menghormati orang lain.Â
Penghormatan seorang anak kepada orang tuanya, penghormatan seorang istri kepada suaminya, atau penghormatan seorang murid kepada gurunya.
Pendek kata, cium tangan adalah bentuk sopan santun kepada orang yang layak untuk dihormati. Tidak ada urusannya dengan feodalisme, juga bukan bentuk penghormatan yang berlebihan.
Etika penting untuk diterapkan dalam praktik pergaulan, khususnya dalam merawat relasi persahabatan. Tentang ini sahabat Kompasianer, Pak Tjipradinata Effendi mengulas dengan lugas dalam artikel beliau yang berjudul:"Panggilan Telepon Tengah Malam".
Dalam artikel tersebut Pak Tjip menggarisbawahi pentingnya etika bertelepon agar relasi persahabatan tetap terjaga.
Dengan memohon ijin beliau saya tulis artikel ini dengan mengambil inspirasi dari tulisan beliau pada artikel itu.