Pernah dengan SMA Diskotik? Kalau belum, ikuti yang berikut ini.
Tahun 1980, wilayah administratif Kota Bandung (d/h kotamadya) belum seluas sekarang. Dalam aspek kemajuan kota, Kota Bandung terbagi dua. Bagian utara jauh lebih maju daripada bagian selatan.Â
Bagian selatan memang tertinggal dibanding bagian utara, sebagai akibat pembumi-hangusan pada peristiwa Bandung Lautan Api pada Maret 1946. Oleh sebab itulah bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Belanda di Bandung hanya ada di bagian utara.
SMA 11 tempat saya sekolah terletak di bagian selatan itu, dikelilingi pesawahan yang masih tersisa di Kota Bandung. Berada di pinggir kota tidak jauh dari perbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung. Â Â
Karena lokasinya yang di pinggir kota. Kami menyebut sekolah kami dengan SMA Diskotik, akronim dari di sisi kota saeutik (di pinggir kota sedikit).
Sekolah itu memang bungsu dari seluruh SMA Negeri di Kota Bandung saat itu. Kalau tidak salah saya adalah angkatan ke 6 sejak sekolah itu berdiri. Sebagai sekolah yang paling bungsu saat itu, tentu saja jauh dari kata bergengsi apalagi favorit.
Saya harus menyebut kata "favorit", karena sampai menjelang akhir abad 20, di Kota Bandung khususnya dan di Indonesia pada umumnya dikenal adanya SMA Favorit.
Di Bandung misalnya antara lain ada SMA Belitung yang dikategorikan sebagai SMA favorit. SMA Belitung sebenarnya terdiri dari 2 SMA Negeri yaitu SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5.Â
Disebut SMA Belitung karena terletak di Jl. Belitung, yang berada di salah satu kawasan elit Kota Bandung bagian utara. Dengan bangunan sekolah ber-arsitektur yang indah, khas bangunan peninggalan Belanda, menjadi nilai plus sebagai sekolah favorit.
Jadi anda bisa membayangkan terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara SMA Diskotik tempat saya bersekolah yang berada di tengah sawah dengan SMA Belitung yang ada di kawasan elit. Ini baru dari penampakan pisik.