Saya lagi nulis tentang kenyataan yang dialami seorang pejabat negara yang gara-gara ucapannya yang tidak "patut" berujung keluarnya SK Presiden RI yang memecatnya (memberhentikan dengan tidak hormat) dari jabatannya.Â
Tulisan itu juga tentang seorang mantan pejabat tinggi di kementrian dan di sebuah BUMN yang juga karena ucapannya yang tidak "patut" berujung pemangilan dari kepolisian untuk di-BAP sebagai saksi terlapor. Mungkin bisa jadi dia akan naik status jadi tersangka.Â
Saya tuliskan juga seorang mantan lainnya yang kerap bicara tidak "patut". Para mantan itu saya lebih suka menyebutnya sebagai "orang-orang dari masa lalu" (yang kemudian jadi judul puisi yang tayang di kompasiana beberapa hari yang lalu).Â
Terus terang entah kenapa saya sangat bersemangat ketika menulis tentang "kepatutan". Dan tulisan itu hampir selesai tinggal proses edit ejaan saja. Tapi tiba-tiba saya putuskan untuk "batal tayang" dan saya hapus semuanya.Â
Hati saya yang menjadi pendorong untuk membatalkan tulisan itu. Hati saya tidak ngasih, untuk menyebut nama , dan saya kesulitan untuk meng-hide, karena sama saja akan terbaca meski hanya tersirat. Dalam "kasus" ini (batal tayang), terus terang saya jadi orang penakut. Takut jadi orang yang tidak patut juga hahaha.
Lalu iseng-iseng saya buka notifikasi kompasiana di profil saya, dan terlihat ada beberapa sahabat yang komentar atas beberapa tulisan saya. Meluncurlah saya menuju komentar-komentar itu.Â
Salah satunya Sahabat Ali Musri Syam, dari situ kemudian saya kejar puisinya yang berjudul "Aku Buruh Fundamentalis, Katamu !" dan di puisi itu saya ketemu komentarnya  Sahabat Elly Suryani yang mengatakan "kita semua adalah buruh". Itulah yang membelokkan hati saya untuk kemudian mulai tulisan ini.
Jadi mohon beribu maaf kalau tulisan ini jelek, maka Bung Ali Musri dan Mbak Elly Suryani harus ikut tanggung jawab hehehe ...
Ini saya baru mau mulai tulisan ini (mohon maaf preambulnya kepanjangan).
Tahun 1984, saya baru menginjak semester 3 di Unpad. Oh ya nyombong dikit, saya produk Proyek Perintis 1 (salah satu pintu masuk PTN dan saya diterima di Jurusan dengan passing grade tertinggi dari seluruh jurusan di Unpad) lumayan keren lah ya ...
Kuliah dengan dana terbatas dari orangtua dan sokongan dari 3 orang kakak perempuan saya, lumayan berat juga tantangannya. Dari sinilah saya memulai "karir" sebagai "buruh". Benar-benar sebagai buruh, tepatnya buruh serabutan. Oh ya kalau di Jawa Barat, urang sunda menyebut aktifitas buruh serabutan itu dengan kata "buburuh". Buruh dalam bahasa sunda artinya upah. Jadi buburuh itu aktifitas bekerja secara non formal dengan berharap upah.