Mohon tunggu...
Uwes Fatoni
Uwes Fatoni Mohon Tunggu... Relawan - Peneliti kajian komunikasi, media, jurnalistik dan Islam Indonesia

Peneliti kajian komunikasi, media, jurnalistik dan Islam Indonesia. Pernah mengunjungi Amerika Serikat sebagai visiting Researcher di (UCSB (University of California at Santa Barbara) Amerika Serikat. Pengalaman menunaikan ibadah Haji Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengukuhkan Komunikasi Jejaring Sosial

22 September 2011   17:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:43 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bagi sebagian besar masyarakat terdidik perkotaan, melakukan komunikasi secara virtual melalui jejaring sosial sama pentingnya dengan komunikasi tatap muka. Banyak pakar yang menyebutkan bahwa komunikasi tatap muka tetap lebih penting dibandingkan komunikasi virtual, dimana dalam komunikasi tatap muka pesan verbal dan non-verbal begitu kuat terasa, namun, komunikasi virtual justru unggul dalam kemampuannya mengkaji secara penuh semua pesan komunikasi yang telah disampaikan karena pesan bisa dibaca dan dipikirkan kembali tidak seperti dalam tatap muka dimana pesan tidak dapat ditarik kembali "(irreversable). Di sinilah dunia virtual melalui jejaring sosialnya memerankan perannya dalam mengembangkan komunikasi simbolik.

Apa itu komunikasi simbolik? Dalam pandangan Buck dan Vanlear (2002) Symbolic communication is the intentional communication, using learned, socially shared signal system, of propositional information transmitted via symbol (komunikasi simbolik adalah komunikasi yang disengaja, menggunakan sistem tanda yang sama secara sosial dari informasi proporsional yang ditransmisikan melalui simbol. Artinya komunikasi simbolik dalam jejaring sosial tentu merupakan proses komunikasi yang disengaja dengan sistem tanda dan simbol yang disepakati bersama yang sesuai dengan tujuan dari orang yang terlibat di dalamnya.

Adapun inti utama komunikasi simbolik adalah kesalingtergantungan (interdependence). Dalam jejaring sosial seperti Kompasiana, seorang penulis membutuhkan pembaca untuk mengapresiasi karyanya. Sebaliknya juga seorang pembaca butuh penulis mampu memenuhi kebutuhannya akan informasi dan memecahkan berbagai masalah.Tidak heran Nina W. Syam (2009) berpandangan bahwa Kunci dalam komunikasi adalah kesalingtergantungan (interdependence) dan ini merupakan simbol kehidupan. Kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah dengan berbagai alasan, bertujuan agar masyarakat yang berkomunikasi dapat menyesuaikan, bertanya, menolak, atau mengubah proses komunikasi ke arah yang diharapkannya.

Kesalingtergantungan inilah yang kemudian membentuk proses komunikasi yang efektif. Masih menurut Syam, komunikasi manusia secara pribadi terjadi bukan karena tindakan pribadinya, melainkan karena keanggotan dirinya dalam kelompok masyarakat. Dalam kondisi ini, individu dapat dipahami karena berinteraksi, berelasi, dan bertransaksi dengan orang lain.

Inilah yang dikukuhkan dalam komunikasi di Kompasiana. seorang kompasioner yang mengungkapkan gagasannya, ia tidak berkomunikasi untuk dirinya, tetapi berkomunikasi untuk anggota yang lain, karena ia merupakan bagian dari "jamaah" kompasiana. Ia melakukan komunikasi dengan cara berinteraksi, berelasi dan bertransaksi dengan kompasioner yang lain. Ia tidak sekedar mengirimkan tulisan untuk kepentingan dirinya, tapi tulisan tersebut harus bersinggungan dengan kebutuhan anggota kompasiana yang lain. dengan begitu ia benar-benar berinteraksi secara nyata. Senyata, bahkan melebihi, komunikasi tatap muka.

Namun, semua berjalan secara berproses. Ada tahapan dalam hidup kita, ketika kita masih kecil, komunikasi kita lebih berorientasi diri sendiri. seiring bertambahnya usia dan pengalaman, komunikasi kita pun semakin meningkat, kita bukan hanya fokus kepada diri tapi juga memperhatikan pesan dari orang lain sehingga bisa kita respon dengan baik. Di kompasiana juga berlaku hal yang sama. Ada tahapan kita hanya seorang anak yang berusaha mengkomunikasikan perasaan dan pemahaman diri, semakin hari semakin banyak tulisan kita, kemudian membawa  kita semakin mahir untuk berinteraksi dan berelasil secara setara melalui tulisan yang berbobot. Bukankah kata komunikasi yang berasal dari kata "communist" yang artinya sama, sepaham, sesuai maknanya antara yang menyampaikan pesan dengan yang menerima. Jadi bila kita berinteraksi di jejaring sosial seperti kompasiana ini, berarti kita mengukuhkan diri kita sebagai bagian yang tidak terpisahkan di dalamnya.

Jadi Selamat berkomunikasi kawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun