Mohon tunggu...
Muhammad Suud
Muhammad Suud Mohon Tunggu... Guru - Foto diambil di rumah sambil membaca buku

Menyukai buku, menulis dan aktif sebagai pendidik di SMK Muhammadiyah 6 Modo, Lamongan Pengasuh kajian Islam dan keilmuan beberapa channel telegram

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Awas, Hukum Karma

10 April 2022   22:00 Diperbarui: 10 April 2022   22:11 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Muhammad Su'ud (Dok. Pribadi)

Sesama muslim saling menguatkan, bukan melemahkan. Tidak sepantasnya satu sama lain saling menggunjing. (Jawa: Ngrasani). Hari ini kita belum membutuhkan yang lain, mungkin suatu hari kita akan membutuhkannya.  

Ingatlah Hadist Nabi: "Barang siapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya." (HR. Muslim).

Betapa indahnya hidup, bila sesama muslim saling ber-empati dan peduli. Mari kita merenungkan 2 wasiat Nabi Muhammad Shollaahu alaihi wassalam kepada Ali bin Abi Thalib Rhodiyallaahu anhu.

Pertama, "Wahai Ali, jangan lah engkau mencela seseorang karena sesuatu dalam dirinya (semisal kecacatan, atau pun kekurangan lainnya) karena tidak ada daging melainkan ada tulangnya. Dan tidak ada cara menebus dosa menggunjing sampai dia meminta maaf kepada orang yang digunjingkannya atau memintakan ampunan (membacakan istigfar) dia bagi orang yang digunjingnya.

Apa yang sudah diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah terbaik bagi hamba. Tidak pantas seseorang "mencela" atas kekurangannya. Ketika kita mencela, berarti "mencela" atas keadilan-Nya. Mari perbanyak istighfar jika hati masih belum bisa menutup pintu ghibah. Mari bertaubat, jika mulut ringan mencela. 

Era digital, manusia begitu mudah melakukan perilaku ini. Bisa lewat chat pesan atau di media sosial. Termasuk menyaksikan ghibah acara entertainment di televisi, youtube, dan lain-lain. Sering kita terjebak dalam kehidupan orang lain, bahkan layaknya seorang intel.

Bila hari ini, kemaren masih suka melihat kekurangan orang lain, detik ini juga bertaubatlah. Mintalah maaf kepada yang bersangkutan. Jika tidak memungkinkan, maka do'akan kebaikan untuknya. Sebutlah kebaikannya.

Kedua, "Wahai Ali, janganlah engkau melaknat seorang muslim, dan juga hewan, karena itu akan kembali pada dirimu sendiri". Kepada hewan saja dilarang, apalagi melaknat sesama muslim. Laknat adalah umpatan kotor disertai sumpah serapah. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan umpatan orang tua kepada anak, anak kepada orang tua bahkan guru kepada muridnya. Sinetron-sinetron yang penuh umpatan menjadi makanan setiap hari.

Laknat adalah sebuah do'a. Berhati-hatilah dengannya. Melaknat kepada orang lain berarti melaknat untuk diri sendiri. Apapun yang kita jumpai dalam hidup, walaupun tidak cocok dengan hati kita, jangan sampai keluar kata umpatan atau laknat.

Takutlah, jika umpatan dan laknat kembali kepada diri sendiri. Orang beriman selalu bijaksana dalam menghadapi sesama muslim, termasuk kepada pelaku dosa. Menjadilah wasilah bagi kebaikan bagi orang lain.

Ditulis oleh Ustadz Muhammad Su'ud

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun