Mohon tunggu...
Akang Toing
Akang Toing Mohon Tunggu... -

membaca disekeliling kita, melihat yang tersurat memahami yang tersirat

Selanjutnya

Tutup

Money

Pemberdayaan Anjal dan Menanam Jiwa Wirausaha

29 Juli 2010   05:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:31 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua tahun saya hidup di Kota Pelajar, Kota Gudeg, Kota Budaya...Jogjakarta.  Penuh dengan kenangan indah walau harus berpisah dengan anak istri. Begitu banyak kesan yang melekat ..pantes aja KLA project bikin lagu "Jogjakarta". Dari makanan, tempat - tempat nongkrong, keramahan masyarakat, ibu kost yang baik sampai gempa yang mengguncang.

Begitu banyak kesan yang saya dapat ada satu yang ternyata ada di kota - kota selain Jogjakarta. Apakah itu? Anjal atawa anak jalanan. Ternyata jogja juga terisi oleh banyaknya  anak jalanan. Dari beberapa kota yang pernah saya tinggal atau singgah ternyata selalu ada anak jalanan. Mereka ada di perempatan - perempatan jalan, angkutan umum maupun di public area yang lain.

Kehidupan masa kecil saya juga mungkin bisa disebut sebagai anak jalanan tapi bergaul dengan anak jalanan walau tidak ikut-ikutan ngamen atau meminta-minta karena dilarang  orang tua. Tapi saya pernah nekat ngasong tanpa sepengatahuan orang tua.

Banyak penyebab anak menjadi penguni jalan, ada karena pergaulan, ada karena kurang kasih sayang, ada karena desakan ekonomi sehingga dipekerjakan di jalan dan banyak lagi alsan menjadi anjal. Tanpa mengurangi pentingnya mengetahui penyebab anak - anak turun ke jalan, tulisan ini ingin sedikit urun rembug mencari pemecahan permasalahan anjal.

Ingin rasanya saya mengumpulkan anak-anak jalan itu  untuk diberikan pembinaan kemudian dberikan bekel dan modal untuk melakukan suatu usaha. Konkritnya begini, anjal di kelompokan atau dibuat kelompok-kelompok (yha kaya klompencapir gitu..) berdasarkan minatnya. Kemudian tiap kelompok diberikan pinjaman modal tanpa bunga (pinjam lho..bukan hibah). Berikan fasilitas untuk mereka usaha membuat sesuatu yang dapat dijual atau berdagang. Misalnya satu kelompok terdiri dari 5 orang, masing-masing anggota diberi pinjaman Rp.100.000 sehingga terkumpul Rp. 500.000,-. Uang ini merupakan modal kelompok untuk menjalankan usaha. Salah satu dari mereka  menjadi pimpinan/bos dan yang lain bekerja padanya. Hasil usaha dibagi secara proporsional sesuai tingkat tanggung jawabnya atau dibagi rata. Tentunya hasil usaha ini utamanya adalah untuk mengembalikan pinjaman modal kelompok yang harus dicicil sampai masa tertentu sebagai rasa tanggung jawab mereka. Jika cicilan pinjaman sudah lunas maka mereka diberi pinjaman lagi untukmembuat usaha baru atau usaha yang sama dengan mengangkat pimpinan/bos baru diantara mereka. Maka sekarang ada 2 bos 3 pekerja, begitu seterusnya sehingga semua menjadi bos...menjadi pengusaha/yang punya usaha.

Agar itu bisa berjalan tentu harus ada unsur lain yaitu: pemberi pinjaman, pembina/pendamping dan tentu dukungan pemerintah dan masyarakat.

Usaha apa kira-kira yang cocok untuk mereka? Mungkin Jasa semir sepatu, dengan modal 500 ribu. Jasa semir sepatu dengan menempatkan anak-anak diperkantoran, pintu masuk mall, food court dan tempat lain yang strategis. Mereka diberi seragam yang rapi, diberi rak sepatu dan kursi yang disediakan oleh pengelola perkantoran atau gedung. Yang jadi "bos" bertanggung jawab atas operasional di situ. Pendamping terus memantau dan membimbing baik dari sisi manajemen maupun pengelolaan keuangannya. ....itu salah satu contoh mungkin banyak lagi..

Ayo siapa yang siap jadi  pemodal dan pendamping dengan suka rela, tanpa imbalan sekarang tapi nanti...(di akhirat). Mari beramal untuk pengentasan Anjal...

Demikian sedikit pemikiran yang kecisemoga menjadi besar, mohon maaf kalau kurang enak dibaca karena bahasa maupun penulisan yang jelek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun