Yang sia sia hanyalah yang tersia dari sisa sisa, manakala tak ada yg tersisa atau tersia, adakah ke sia siaan itu?
Seperti Markonah yang hanya bisa menatap Marthole, saat kopi yg sehangat cintanya, menjadi dingin dalam pelukan malam, utuh tak tersentuh,.
Namun Markonah tetap tersenyum bahagia, karena kehangatan kopi cintanya terhisap rengkuhan jemari kekar Marthole walau hanya sesaat, semntara asap tembakau terpilih tuk menyelimuti dahaga otak Marthole.
Tak ada yg sia sia...
Kopi cintanya yg dimakan waktu akan membuat Marthole bangkit, lalu mengantarkan dia dalam pelukanmu setelah kau usap perut marthole dengan hangatnya sang pembawa kampak ...
Komentar atas puisiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H