Mohon tunggu...
Taufikur Rohman
Taufikur Rohman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Pemilik Toko Buku Rumah Muslim

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Negeri Wayang yang Penuh Intrik?

14 September 2012   00:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:30 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu Semar, sang mbahurekso pewayangan yang selalu didengarkan apa yang dikatakannya bertemu dengan Anoman yang gagah perkasa, mereka membicarakan tentang sebuah negeri yang selalu ada kegaduhan dan tak ada sebuah kedamaian di dalamnya. Semar saat itu bertemu dengan Anoman di Pasar Beringharjo ketika ia sedang membeli pernak-pernik yang unik di pasar tersebut. Anoman yang datang dengan baju putihnya itu ketika bertemu langsung sendika dawuh dengan Semar, lalu ia berkata,”Maaf Mbah, Si Mbah kok di sini? Sedang belanja pernak pernik ya mbah?” Semar dengan gayanya yang sok tua menyahut,” Njih anakku, si mbah sedang melihat pernak pernik yang sangat bagus sekali ini. Ini ada sepeda mini, becak mini, robot-robotan mini hingga rumah mini. Si mbah teringat dengan waktu kecil Anoman yang suka main-mainan. Kalo negeri ini yang luas dibuat main-mainan seperti Anoman dulu main gimana yah jadinya? Apalagi kalo sekarang di berbagai media sedang melakukan brain washing alias mencuci otak para penontonnya yang setiap saat melihat televisi padahal belum mesti benar apa yang disampaikan. Iya kan?” Anoman sempat berpikir mengapa hal ini terus terjadi terutama ketika bulan September yang konon pada tahun 2001 dulu terjadi pengeboman besar-besaran di salah satu symbol negeri Paman Sham yaitu Gedung WTC (World Trade Conference) yang dimainkan oleh jaringannya Osama bin Laden dari Afghanistan? Sungguh sebuah keanehan apalagi terorisme bukanlah sebuah cerita baru di antara masyarakat dunia yang dulu sempat booming di seluruh dunia. Lalu mereka berjalan-jalan di tengah keramaian jalan Malioboro yang tersohor hingga negeri pewayangan.  Semar yang bijaksana segera mengajak Anoman berhenti sejenak di tengah keramaian tersebut dan mencoba berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya tentang apa yang sangat sering dibicarakan oleh masyarakat negeri Wayang. Anoman ketika itu tidak sengaja berpapasan dengan Puntadewa, ia langsung nyerobot bertanya,”Bos, jenengan kan sering nonton TV nih. Sekarang apa yang menjadi pemberitaan di berbagai media. Kalo pikiran saya ya kasus terorisme dan solusinya adalah deradikalisasi yang digagas oleh Ansyad Mbai, Kepala Badan Intelijen Negara itu yang katanya rakyat ya orang yang perlu diajeni.” Apa yang dikatakan oleh Anoman langsung dijawab oleh Puntadewa, ia menyahut,”Hehe, memang aneh ketika saya melihat berbagai media yang menyajikan berita yang seakan-akan hanya berkomunikasi satu arah dan audiens hanya diam saja tanpa banyak cingcong, padahal teori Hypodermic Needle (Jarum Suntik) ini sudah tidak berlaku lagi. Sudah bukan jamannya soalnya dulu pernah diterapkan pada zaman Adolf Hitler sekitaran tahun 30 sampai 40-an, tahu kan? Bapak yang paling kejam dan sok bangga dengan rasnya sendiri, Arya. Atau teori yang paling baru yang diciptakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973 yang memang media Barat sangat mendominasi media di seluruh dunia. Ya kita tentunya tidak boleh termakan opini publik buatan mereka. Apalagi menjelek-jelekkan Islam. Tentu tidak adil sekali.”

Semar yang sedang melihat percakapan mereka yang sangat serius akhirnya nuturi juga dengan gayanya. “Cah, cah… iling-iling. Iling sama apa yang telah difimankan Allah SWT, Pencipta kalian semua yang pasti takkan membohongi kalian. “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS. Al Hujurat: 6). Ibnu Mandzur berpendapat dalam kitabnyaLisan al-Arabdijelaskan,al fusuq, al ‘ishyan wat tarku li amrillahi ‘Azza wa Jalla, wal khuruj ‘an thariqil haq. Fusuq (akar kata fasik) adalah durhaka dan meninggalkan perintah Allah dan keluar dari jalan kebenaran. Dengan demikian, orang fasik adalah mereka yang durhaka kepada Allah, meninggalkan perintahNya, dan keluar dari kebenaran. Jadi ketika mendapat sebuah dari informasi kita harus melihat siapa yang menyampaikan informasi tersebut, jangan grusah grusuh (cepat-cepat) mengambil sikap hingga menjudge orang atau kelompok dengan seenaknya sendiri tanpa melihat background pemikiran yang diajarkan. Bisa saja, apa yang ada pada saat ini penuh dengan kerusakan dan harus diganti dengan yang baru serta berkualitas.

Anoman dan Puntadewa mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan oleh Semar. Memang beliau adalah orang yang berkualitas dalam menyampaikan sebuah informasi dan wawasan yang beliau miliki sangat luas di antara kalangan pewayangan. Lalu, pada siang hari yang sangat terik di atas penghujung kepala bak memecah menjadi dua belah kepala mereka, mereka bertiga segera berhenti sejenak di atas batu-batu yang dibentuk seperti tempat duduk yang berada tepat di depan Istana Presiden Negeri Pewayangan. Suasana di depan lokasi tersebut hingga kini penuh dengan penjagaan ketat dari satgas pengawal khusus presiden yang pada waktu itu singgah di tempat tersebut. Semar yang jalannya ginak ginuk karena badannya yang besar serasa tidak nyaman dengan keberadaan mereka. Dia dan kedua kawannya ingin melihat secara langsung bagaimana Presiden Nyudonyowo menyampaikan pidato di depan kamera televisi seputar kasus yang kobongan(kebakaran) jenggot masyarakat yaitu terorisme. Dengan gayanya yang citrawan, dia menyampaikan pidatonya dengan lemah gemulai ditambah intonasi bahasa yang diatur sedemikian rupa agar dia menjadi sosok yang patut ditokohkan. Memang ada banyak sekali intrik di balik negeri pewayangan, di tengah-tengah kasus korupsi di kalangan pejabat yang sebelumnya menjadi pembicaraan masyarakat, tiba-tiba hadir kembali monster yang telah lama menghilang tanpa jejaknya yaitu terorisme yang ujung-ujungnya dikait-kaitkan dengan radikalisme. Yo mboh bener po ora opo’o mesti Islam seng disalahke padahal sak durunge terorisme duduk Islam seng ngajarke? (Ya entah benar atau tidak mengapa mesti Islam yang disalahkan padahal sebelumnya ajaran teroris bukanlah dari Islam?) Coba saja kita lihat dalam dalil, hadits, imam ataupun riwayat yang menunjukkan dalil terorisme? Jihad is not terrorism. Jihad bukanlah terorisme.

Memang aneh sekali negeri pewayangan, di negeri ini memang sarat dengan konspirasi kebodohan. Mereka yang diberikan sebuah kepintaran yang berlebih malah kebablasan kearah kebodohan bahkan melebihi bodohnya babi. Mereka siap untuk diinjak-injak oleh boss mereka, disuruh ke sana sini demi melayani sang boss. Mereka siap menjadi kaum proletar modern yang diinjak-injak majikannya dengan memberikan sejumlah uang dengan gaya ala kongkalikong lewat perdana menteri dari negeri-negeri tetangga pewayangan yang berotak Barat. Kaum pribumi negeri pewayangan pun yang memeluk Islam tapi mereka serasa tak memiliki Islamnya. Mereka membela orang-orang yang tak jelas kebenarannya serta musuh dalam selimut mereka sendiri ketika tidak meyakini Islam sebagai way of life. Kalau kata salah satu pengamat terorisme, Harits Abu Ulya yang sempat didengar beritanya oleh Semar di layar laptop, dia menceritakan bahwasanya sekelas Ansyad Mbai kebakaran jenggot juga ketika ditembak kritik dari sana sini oleh para pengamat teroris. Bahkan dia dengan tegas apa yang dikatakan oleh para pengamat teroris yang tidak berada di lapangan justru memperkeruh informasi.

Beginilah masa kini, masa dimana keamanan dan pengabaran informasi yang penuh dengan tipuan belaka. Mereka tidak takut dengan sebuah hadist dari Maqal bin Yasar ra. ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk mengatur urusan rakyat kemudian ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya kecuali Allah akan mengharamkan surga baginya (Muttafaq ‘alaih).

Ketika mendengar sebuah hadist ini yang tengah diucapkan oleh Semar, mereka -Anoman dan Puntadewa- langsung merinding. Mereka melihat fakta bagaimana pemimpin mereka di negerinya tengah melakukan penipuan besar-besaran dan mereka bekerja sama dengan agen-agen Negara kafir yang tentu takkan membuat kemakmuran negeri pewayangan. Apa yang telah mereka tawarkan hanya sekadar tipuan, janji-janji busuk yang tak pernah terwujud. Tentu pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab tentu tak ada. Apalagi dua detik lagi, Pemilu 2014 akan segera diselenggarakan. Anoman yang sering melihat televisi tentu sudah eneg dengan janji-janji palsu yang dibungkus secara apik oleh Marcomm (Marketing Communication) dengan pencitraan yang sungguh membius hati dan pikiran.

Puntadewa dan Anoman semakin terpaku melihat pidato dari Presiden yang tong kosong nyaring bunyinya itu. Hal ini ternyata diperhatikan oleh Semar yang selaku orang yang bijak di antara mereka. “Sudah jangan ratapi, jangan hanya mengeluh saja kalian. Kini kita perlu bergerak. Bergerak bukan untuk sekedar pujian tapi ini adalah konsekuensi keimanan kita kepada Allah Swt yang telah menciptakan kita  di sini. Biar saja mereka berulah. Semua juga Allah yang akan membalasnya. Mari kita bergerak dengan aturan Allah yang takkan menipu umat manusia. Mengganti rezim yang tirani dan sistem yang korup nan bobrok dengan aturan, pemikiran, perasaan yang Islami dengan tegaknya Syari’ah dan Khilafah Islamiyah.”

Mereka akhirnya kembali bersemangat dan menatap dunia yang tinggal selangkah lagi akan tergantikan dengan sebuah janji yang bukan omong kosong yaitu janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah yang tak terdustakan. Mereka sembari berkata,” Hidupku hanya untuk revolusi. Revolusi yang hakiki yang diridhai oleh Allah adalah tujuan kami. Melawan ketika penguasa yang membangkang tentu akan kami lawan dengan pemikiran. Karena ide dari Allah adalah ide yang besar, siapa saja yang berani menciutkan ide tersebut akan berhadapan dengan kami karena kami adalah Tentara Allah. Hidup Mulia atau mati syahid adalah impian kami.”

Negeri pewayangan tentu butuh sebuah jalan baru, bukan jalan yang menyesatkan. Pemuda-pemuda yang siap untuk menghadapi musuh yang mengecilkan umat Islam di negeri tersebut. Mereka memang belum tahu bagaimana peradaban yang ingin dibangun nantinya. Mereka kini berusaha mencari sebuah jalan lain, jalan yang bukan dari Allah dan Rasul-Nya. Ada yang memilih jalan sosialisme yang dipenuhi dengan materialisme semata, ada juga yang memilih jalan kapitalisme yang kini sedang mencabik-cabik habis negeri pewayangan yang dulunya adem tentrem dengan peradaban Islam. Mereka telah melakukan intrik di negeri ini yang harus dilawan tentu tanpa kekerasan, dengan pemikiran, dan dengan membawa ide yang besar yang datang dari Allah SWT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun