Mohon tunggu...
Kang Suhandi
Kang Suhandi Mohon Tunggu... Guru - Tinggal di Bogor

Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Si Miskin yang Tertuduh: Logika Sesat Seorang Pejabat

29 Maret 2020   12:08 Diperbarui: 30 Maret 2020   13:40 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: hmimakassar.org

Tadi malam, saya dapat kiriman penggalan isi konprensi pers pemerintah yang disampaikan oleh juru bicara Covid-19, Bapak Achmad Yurianto. Dalam pernyataan penutupnya, Sang Jubir menyampaikan kata-kata penutup yang bermaksud membangun empati dan kebersamaan dengan kelimat "... yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar, dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakit...".

Saya cukup kaget mendengar pernyataan ini, lantas saya akses ke sumber berita, tepatnya siaran yang diberitakan oleh TVOne dalam acara Kabar Khusus (dalam rangka menghindari hoax), dapatlah saya link beritanya, setelah saya perhatikan ternyata memang benar adanya pernyataan tersebut.

Saya lantar berpikir, ada apa sesungguhnya yang ada dalam kepala Sang Jubir. Logika apa yang dipakai oleh beliau dalam kondisi seperti ini, sehingga menjadikan variabel 'orang miskin' sebagai sumber penyebaran penyakit (dalam hal ini yang dimaksud pasti Covid-19).

Saya sebetulnya tidak ingin menuliskan pandangan saya, tapi sejak malam sampai pagi ini, kepala saya selalu berputar-putar menelaah logika yang dipakai oleh Sang Jubir. Rasanya, ada 'kesesatan' logika yang dibangun sehingga masyarakat bukannya berempati dan bersimpati, akan tetapi bisa berbalik frustasi dengan pernyataan tersebut.

Sumber Penularan Covid-19

Jika kita berpikir sederhana, penularan Covid-19 terjadi karena adanya interaksi antar manusia yang berada di sumber pertama wabah itu terjadi, yaitu dari Wuhan Cina, kemudian melebar ke berbagai negara akibat interaksi yang dilakukan. Nah, interaksi ini dilakukan oleh orang-orang yang bepergian ke luar negeri. Pertanyaannya, apakah orang-orang yang suka 'ngelancong' atau bahasa kerennya 'travelling' ini masuk kategori orang miskin? Logika saya tidak menerima, pun juga orang miskin sekalipun. Pastilah orang yang punya duit, itu jawabannya.

Kasus Covid-19 secara nasional, jika ditinjau dari populasi penduduk yang positif terkena COVID-19, sebanyak 57% atau 598 orang dari 1,046 kasus ada di DKI Jakarta (27/3). Sedangkan angka kemiskinan di Jakarta hanya 3,42%. Jadi benarkah cara solidaritas orang miskin jangan menulari orang kaya? Bukan sebaliknya? Orang kaya yang justru berdosa menyebarkan virus ke orang miskin lewat pelesiran ke luar negeri (lihat : ini, diakses tanggl 29 Maret 2020)

Jadi Pejabat, berhati-hatilah!

Pejabat bukan orang sembarang, ia dipilih melalui serangkaian prosedur dan kriteria yang begitu ketat, termasuk jalur-jalur khusus yang biasanya dijalani. Setelah jadi, maka seorang pejabat mustinya dapat merepresentasikan dirinya untuk kepentingan umum, tidak hanya kepentingan atasannya.

Satu hal yang musti diperhatikan oleh setiap pejabat, berhati-hati dan berpikir matang jika hendak mengeluarkan pernyataan atau pendapat, karena memiliki dampak yang luas bagi masyarakat.

Pernyataan yang kerap keluar dari lisan pejabat sesungguhnya mencerminkan apa yang ada dalam hati dan pikirannya. Oleh karena itu, banyaklah membaca, berdzikir dan berbuat kebaikan agar lisannya selalu terjaga dari hal-hal yang kurang produktif. Ada istilah 'kepeleset lidah'. Semoga, apa yang diucapkan Sang Jubir hanya sebatas kepeleset lidah, yang ia segera membuat klarifikasi dan permohonan maaf. Jika tidak, sungguh ini membuat sakit masyarakat dan bangsa kita, yang secara umum orang-orang miskin  masih mayoritas.

Bukankah, orang miskin justru yang membantu banyak khidupan orang-orang kaya. Catat itu...!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun