Belum lagi, pendidikan kita saat ini masih terdapat kesenjangan antara guru PNS dan guru honorer. Sampai saat ini guru honorer masih terus memperjuangkan kepastian nasib mereka. Ini menjadi persoalan juga, di guru tak lagi fokus pendampingan murid karena kebutuhan hidupnya tak jelas jaminannya.
Selain itu, kunci pertama pendidikan karakter adalah guru berkarakter. Karakter guru lita harus diubah, mendidik tak sekedar bekerja. Mendidik adalah investasi masa depan bangsa, sehingga guru tak akan pernah "hitung-hitungan" jika mendapatkan tugas mendampingi anak didiknya.
3. Pengelolaan Persepakbolaan Indonesia
Di antara perbaikan manajemen sepak bola kita adalah ketegasan dalam memberikan sanksi. Ada suporter karena ada tim, sehingga kasus seperti ini harus berimplikasi ke tim juga, walaupum memang tidak ada garis koordinasi langsung antara suporter dengan tim sepak bola.
Selanjutnya, baik kiranya memunculkan tim sepakbola selain Persija untuk wilayah Jakarta dan Persib untuk wilayah Jawa Barat. Pendukung kesebelasan tidak terkonsentrasi di satu kesebalasan. Contoh, jika di Jawa Barat ada 3 atau 4 klum sepakbola yang bagus dan berlaga di Liga1 maka suporter akan terpetakan ke daerah-daerah di mana klub itu berasal.
Selain itu, fakto keamanan yang masih lemah dalam mengawal laga pertandingan antar klub masih dirasakan. Inilah beberapa yang harus diperbaiki, selain faktor lain yang dapat mengantisipasi kejadian tersebut.
4. Sikap Pemerintan dan Elit Politik
Sikap perilaku pemerintah dan elit-elit politik yang ditampilkan saat ini tentunya menjadi cerminan karakter yang mudah ditiru oleh anak-anak, remaja dan pemuda kita. Sikap saling jagal, menjatuhkan dan konflik berkepanjangan mudah dipertontonkan di depan bangsa ini.
Dalam sebuah organisasi, jika terdapat kegagalan maka orang yang paling bertanggung jawab adalah pimpinan nya. Jika pimpinan selalu melemparkan kegagalan ke bawahannya, maka nyatalah ia pemimpin yang tak mampu memimpin karena tak mau bertanggung jawab.
Saya berharap, kejadian ini menjadi evaluasi bagi seluruh lapisan bangsa ini. Jangan-jangan ada yang salah yang kita pertontonkan di hadapan anak-anak kita, sehingga mereka begitu berani, tega, tak ada belas kasihan menganiaya orang yang masih sebangsa dan tidak jelas pula salahnya.
Hanya karena dendam masa lalu, tersinggung, dengan dalih solidaritas, lantas berbuat brutal hingga hilangnya nyawa temannya. Semurah itukah nyawa di negeri ini?