Mohon tunggu...
Kang Suhandi
Kang Suhandi Mohon Tunggu... Guru - Tinggal di Bogor

Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuntut Ilmu vs Mencari Ilmu

8 April 2018   22:43 Diperbarui: 8 April 2018   22:56 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah familiar dalam telinga kita,  bahwa seorang yang sedang belajar disebut juga sedang menuntut ilmu.

Dalam sebuah diskusi perkuliah, saya sempat agak menggelitik terhadap komentar sang profesor saat mendengar kalimat "menuntu ilmu". Ilmu kok dituntut, apa salahnya? Ujar sang profesor.

Setelah saya resapi, eh ternyata betul juga komentar sang profesor. Saya menangkap ada yang salah dalam mendudukan posisi seseorang yang sedang belajar dengan istilah menuntut ilmu. Menurut saya, yang tepat pake istilah mencari ilmu.

Memang terlihat terlalu berlebihan membahas ini. Akan tetapi saya pikir ada hal yang kemang harus diperbaiki dalam proses pendidikan anak-anak kita, khususnya berkaitan dengan pemaknaan menuntut ilmu.

Menuntut ilmu lebih fokus pada hasil. Sedangkan mencari ilmu lebih fokus pada proses. Lantas, mana yang memiliki kedudukan yang proporsional?

Pendidikan adalah proses mencarian ilmu berupa nilai-nilai kehidupan, sehingga seseorang yang sedang mencari ilmu memang menunjukkan proses yang sedang ia jalani untuk menemukan suatu nilai kehidupan menuju perbaikan kualitas dan kuantitas amal.

Sementara, "menuntut" lebih fokus pada hasil memposisikan seseorang yang sedang belajar pada nilai-nilain ideal yang harus ia miliki,  harus ini,  harus itu, harus baik, harus cerdas,  dan sebagainya.

Karena banyaknya tuntutan terhadap anak, tidak sedikit rasa kecewa, marah dan sedih jika anak kita tak mampu mencapai kondisi yang kita inginkan. Ingin anak bagus matematika, tapi anaknya tak mampu, mara, kecewa. Ingin anaknya selalu santun, tapi sang anak belum bisa karena lingkungan tidak mendukung, anak kena marah,  dan seterusnya.

Dalam kondisi seperti ini, anak diposisikan sebagai pesakitan seperti halnya seorang jaksa yang menuntut terdakwa. Kasihan anak kita, jika mereka dalam kondisi terbebani pada tuntutan-tuntutan.
Akan tetapi, jika anak diposisi sebagai seseorang yang sedang "mencari" maka ada kalanya yang ia temukan dan proses pencarian itu tepat sesuai harapan, atau bahkan meleset dari keinginan.

Jika ini terjadi, maka kita sebagai orangtua dan guru bagi anak-anak kita tidak otomatis menyalahkan dan mengecilkan anak. Justru kita akan membesarkan hati mereka, memotivasi mereka, serta mendampingi sampai ia mampu mendapatkan nilai ideal dalam kehidupannya.

Ulasan ini memang sederhana antara "menuntut" dengana "mencari" ilmu. Akan tetapi saya melihat ada korelasi dalam memposisikan anak yang sedang belajar.
Semoga kita sebagi orangtua dan para guru mampu menempatkan keadaan anak-anak kita pada posisi yang pas, sehingga di tengah idealisme yang sedang kita bangun untuk tumbuh dan berkemang pada diri anak-anak kita, kita tak sekedar banyak menuntut mereka, akan tetapi membantu mencarikan ilmu bagi mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun