Apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar Sekolah Mangrove? Apakah sekolah khusus dengan kurikulum mangrove? Atau sekolah yang berada di tengah hutan mangrove?
Konsep pendidikan yang diterapkan di sekolah ini sangat unik dan merupakan sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. SMAN 8 Balikpapan atau yang dikenal dengan SMAN 8 Mangrove Balikpapan ini memadukan konsep pendidikan secara umum dengan gebrakan baru, yaitu menambahkan kurikulum mangrove sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal di sekolahnya.Â
Berawal dari keresahan tiga Srikandi SMAN 8 Balikpapan akan abrasi laut yang menyentuh sekolahnya saat air pasang, Ibu Dewi dan tiga rekannya menginisiasi untuk membentuk relawan mangrove di sekolah yang dimulai sejak 2008. Tiga Srikandi ini mengajak para siswa-siswi untuk menjadi relawan mangrove dengan kegiatan utamanya adalah penanaman mangrove di sekitar sekolah. Seiring berjalannya waktu dan semakin banyak siswa-siswi yang tertarik untuk menjadi relawan, kini SMAN 8 Balikpapan berhasil mengelola hingga 21,5 hektar lahan konservasi mangrove di sekitar sekolah.Â
Kegiatannya pun semakin beragam, mulai dari pembibitan, penanaman mangrove sampai dengan perawatan konservasi lahan mangrove dari hama dan sampah yang menumpuk akibat terbawa arus setiap pasang tiba. Menariknya, pengelolaan lahan mangrove bukan hanya kegiatan kesukarelaan semata. Kini pengelolaan mangrove di SMAN 8 Balikpapan telah resmi dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal di sekolah.Â
Ibu Dewi dan tiga rekannya pun aktif menggandeng beberapa ilmuan dan peneliti untuk pengembangan lahan mangrove dan pengklasifikasian jenis mangrove di lahan konservasi yang dikelola. Sampai saat ini, setidaknya ada 14 jenis mangrove yang hidup diahan seluas 21,5 hektar tersebut. Upaya diversifikasi kegiatan pun telah dilakukan dengan penelitan terhadap berbagai macam manfaat mangrove bagi kehidupan, seperti untuk pangan hingga pewarna pakaian alami.Â
"Kami sangat senang, merawat mangrove bukan hanya untuk kehidupan kita tapi untuk semua makhluk hidup. Dengan adanya hutan mangrove bisa menjadi tempat hidup bagi biota laut dan berbagai jenis hewan darat, salah satunya Bekantan sebagai hewan endemik di Kalimantan " ujar Ibu Dewi selaku pembina relawan mangrove di SMAN 8 Balikpapan.,Â
Namun dalam pengelolaannya, Ibu Dewi dan siswa-siswi relawan mangrove menghadapi berbagai hambatan. Mulai dari biaya untuk diversifikasi produk olahan mangrove sampai kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.Â
"Ya, memang kendala utama kami adalah biaya yang dibutuhkan untuk penelitan dan uji coba nutrisi olahan mangrove cukup besar. Jadi belum maksimal kami lakukan." Tambah Ibu Dewi
"Sampah yang terbawa arus pasang adalah kendala terbesar kami sebagai relawan. Karena setiap pasang pasti akan banyak sampah yang terbawa dan menyangkut di sela-sela akar dan kita harus bersihkan" ujar Juliabib salah satu relawan mangrove.