Aku ada karena kalian juga ada, ungkapan yang mungkin seiya dengan kami bersembilan saat itu. Petualangan seru di penghujung januari 2011 mengisi coretan kecil dalam kehidupanku, dan mungkin juga kalian ber-8 saudara baruku. Tak banyak waktu untuk kita saling mengenal bahkan bercerita siapa aku dan dari mana kamu saudaraku. . tapi ini sudah sangat cukup menjadikan kalian semua terpatri dalam ingatanku, harapanku juga begitu. Muka polos, senyum simpul yang tersirat dari wajah kalian semua mengawali tawa setiap aku ingat kejadian disana, yah disana di atas sungai bahorok - bukit lawang. Mungkin dengan kejadian itu kita lebih erat berpegang tangan, kita lebih kuat bertumpuan… coba bayangkan jika tidak demikian.. ntah apa yang terjadi pada kita… mode on sejenak mikir kejadian 3 hari yang lalu ( 30 januari 2011, 11.15 p.m - aliran deras sungai bahorok )..
Nggak pernah terlintas bahkan kepikiran kalau kami bersembilan akan menumpangi 1 perahu karet yang sama ( 1 perahu karet disini saya katakan sama dengan 5 ban diikat menjadi 1 ) yang akan membawa kami menelusuri sungai sampai di ujung pemberhentian. Ada rasa trauma yang teramat mendalam masih mengelayuti salah satu dari kami Eko Suryanto relawan muda dari fakultas kedokteran gigi yang telah lebih dulu merasakan ganasnya arus sungai, beliau terbawa derasnya air sungai lebih dari 100 meter saat kami akan menyeberangi sungai. Jantung terasa berhenti sejenak, pandangan mata terasa bias tak bercahaya… Syukurlah Alloh masih memberikan kesempatan untuk sahabatku ini, mulai saat ini janji pada dirimu sendiri untuk menceritakan pelajaran ini kepada anakmu kelak..” janji yah eko ?“
Ikatan bungkusan tas, dan perbekalan medis yang sudah tersusun dan terbungkus rapat menandai kesiapan kami untuk segera berangkat. Berselang beberapa menit sebelumnya, perahu 1 yang berpenumpang sepenuhnya relawan wanita telah berangkat lebih awal, disusul perahu kedua berpenumpang lebih dari 8 relawan pria melaju dengan perlahan, begitu seterusnya perahu rafting terus bergerak meninggalkan lokasi pemondokan kami selama kegiatan Breaking The Limit bersama BSMI dan Gift Indonesia. Tiba saatnya perahu kami bersiap memulai petualangan diatas air.. ready to go..
Duduk di deretan terdepan perahu Dedy Hidayat yang memiliki pengalaman sebagai fasilitator outbound di berbagai acara, berderet ke belakang Gostry Aldica Dohude, Muhammad Fandi ( berjuluk si panic man on the water - karena beliau sama sekali tidak bisa berenang, eh maaf bisa sih gaya bebas langsung nyungsep ke dasar sungai), Tedi Kurniawan ( dia pasti akan tertawa kecil ambil berdehem bila ingat pertama kali kami saling kenal ), dan saya ( Sugianto ), Moh.Ghaddafi seorang relawan muda dari negeri Jiran, Eko Suryanto,Tengku Benyamin Rusydi Jafizham ( Koor.Tanggap Bencana BSMI ) dan berakhir Muhammad Yassir sahabat baruku dari negeri serumpun - Malaysia.
Arus sungai mulai memberikan perlawanan dengan mendorong maju perahu kami ke depan.. perlahan menyisakan riakan kecil gelombang di tepian sungai. Lambaian tangan terjajar ke atas memberikan salam terakhir untuk pemilik pondok dan beberapa fasilitator yang tertinggal. Aku merasa berada di sembilan petualangan muda yang siap mencatatkan rekor perjalananan paling seru penuh dengan pacuan adrenalin. Bukan hanya itu, kami menjadi bagian yang paling ditunggu oleh team diatas perahu yang telah lebih awal melaju mendahului kami.
Keras terdengar di kedua kupingku, Allohuakbar… Allohuakbar…, mengawali prosesi keberangkatan perahu kami. Gegap tawa dan semangat terus memburu dalam gerak mulutku, kilatan kamera membuat kami semua wajib berpose semanis mungkin,senyum kuman.. hehehehe ( narsis mode on ). Berselang beberapa menit kemudian detak jantungku terasa terpacu, berdetak 2255 kali lebih kencang dari biasanya… Derasnya air sungai membuat perahu kami semakin melaju kencang tanpa menghiraukan rambu-rambu yang anda ( memang di air ada rambu lalu lintasnya bang ? ). Cekatan sekali para pemandu perahu kami diawal perjalanan, sedikit kekhawatiran perlahan mulai luntur bersamaan dengan percikan air sungai yang membahasi pakaianku. Teriakku serasa senada dengan keinginan arus yang terus memaksa kami untuk berpegangan kencang Ready to Rock, andai saja momen ini bisa diabadikan,aku yakin ekspresi wajah kami akan menghiasi headline dan cover2 majalah edisi bulan depan.. ngimpi boleh sekali-sekali, sering juga boleh sebelum berlaku pungutan pajak untuk mimpi.
Bruuukkk…. benturan perahu dengan air, dan batu akhirnya membuat kami semua terbalik,yahh perahu kami terbalik.. panik..seperti rumah yang tiba2 runtuh, posisi kami terbalik ditumpangi perahu. Rasa dingin yang menusuk tulang-tulang rusukku membuatku sontak mencari apapun yang bisa ku raih.. Sekali lagi andai momen ini bisa di take photos, sungguh sangat luar biasa kacaunya ekspresi wajah kami… beruntung saat itu tim jejak petualangan tidak meliput kami… kan malu terbalik masuk di televisi. Nafas yang masih tak beraturan tetapi kami harus tetap melaju, yah dengan penuh perjuangan kami bisa kendalikan kondisi ini.. kerjasama menjadi kesuksesan kami melewati semua ini…. Uhhh.. peluhku terima kasih Ya Rabb…
Perjalanan berlanjut, tidak lebih dari 15 menit kemudian rintangan terlihat jelas di depan kami, perasaan panik dan cemas tiba-tiba menyeruak di ubun-ubun kepalaku, pasti kalian ber-8 juga kan kawan ?? Rintangan tali membentang menghalangi laju perahu, tapi kami bisa melewatinya.. rileks sejenak… Eitss… belum sempat kami saling melihat kedepan ato kesamping, tiba-tiba aku dikejutkan serbuan air yang naik keatas perahu..Bruuaakkk…. untuk kesekian kalinya kami menelan pil pahit ( ehh… salah air maksudnya ). Kepanikan dan suasana tegang menemaniku saat itu. Aku berhasil mengapai tepian perahu sambil terus berenang, dan tanpa sengaja aku berhasil meraih 1 lengan sedikit kurus tangan sahabatku, Muhammad Fandi engkau aman di dekatku, gumamku dalam hati.. perasaan hero. Yah,,… dia bersamaku saat tenggelam, dengan wajah yang memutih dan panik ku lihat dia mulai muncul ke permukaan sungai. Senyum sumringah mulai menghiasi guratan wajahnya. Dan untuk kesekian kalinya kami dihujani air sungai yang memaksa kami mengigil kedinginan dan basah kuyub. Aku tidak begitu mencemaskan sahabat baruku yang lain, karena aku yakin mereka bisa melewati ini.. hanya kau teman.. cuma kau sahabat.. yang ada dipikiranku saat perahu kita tenggelam.. Kenapa ? karena panitia menunggu laporan akhir kegiatan darimu sobat… hahhahhaha..
Mendekati ujung pemberhentian, kami sempat melewati beberapa pusaran air yang deras dan terjal, tetapi itu tak berarti lagi… perlahan perahu merapat ketepian sungai.. dengan senyuman dan uluran tangan dari rekan yang lain siap meringankan beban kami.. bantui dong angkat kawan… tuh kecap kami tumpah ( ehh betadine ding… ) seloro salah satu diantara kami. Ingatlah kawan, sejak saat itu kau menjadi saudara baruku, kalian semua menjadi saudaraku… jangan pernah lupakan aku.. ! 8 saudara baruku diatas perahu…. selamanya. InsyaAlloh….
Terkesimang mataku melihat senyum simpul seseorang di pojok penantian kedatangan kami, ya dia yang menginspirasiku…. Ya Rabb jadikanlah rasa suka ini tidak melebihi rasa Cintaku padaMu….@ Alloh masih terus menyuguhiku dengan keIndahan hasil Ciptaannya.. Engkau Maha Sempurna. Give thanks to Alloh SWT. By - sugianto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H