Bukankan demikian yang diajarkan oleh Baginda Nabi, bahwa bagi beliau manusia yang baik adalah manusia yang dapat memberikan kemanfaatan bagi manusia lainnya.
Lebih dalam lagi, ayat ini menjadi legitimasi bahwa tidak ada di muka bumi ini bagsa dan suku yang paling hebat, paling mulia, apalagi klaim bangsa dan sukunya paling berhak masuk surga.
Allah Swt. tidak memandang darimana asalnya, suku apa, bangsanya apa, gendernya apa, tetapi bagi Allah Swt. hamba yang paling mulia adalah yang paling bertakwa. Hamba yang taat kepada-Nya, dan mau menjauhi larangan-Nya.
Kemudian bagaimana dengan perbedaan agama? Agama adalah wilayah privasi manusia dengan Tuhan. Dan wilayah Tuhan dengan hambanya. Kita tidak bisa interfensi kepada agama orang lain. Biarlah orang lain berhubungan intim dan bermesraan dengan Tuhannya. Tidak ada paksaan di dalam beragama.Â
Apakah Allah Swt. tidak mampu membuat umat ini menjadi satu agama? Tentu sangat mampu, lantas kenapa ada perbedaan? Lagi-lagi ini adalah qadrat-Nya. Allah menegaskan dalam firman-Nya Q.S. An-Nahl/16: 93
Artinya:
"Seandainya Allah berkehendak, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Kamu pasti akan ditanya tentang apa yang kamu kerjakan."
Allah-lah yang menghendaki orang ini agamanya apa, Allah Swt. sendiri yang menentukan hidayah-Nya diberikan kepada siapa. Manusia tidak mempunyai hidayah dan tidak bisa memaksa Allah Swt. untuk memberikan hidayah-Nya.Â
Baginda nabi di utus juga tidak untuk memberikan hidayah tetapi hanya diperintah menyampaikan jalan dan cara menjemput hidayah. Nabi sendiri tidak bisa interfensi terhadap pamannya sendiri "Abu Thalib" yang belum bisa menerima Islam saat itu. Ketika Nabi Saw. hampir melakukan interfesi terhadap pamannya, Allah Swt. malah menegur nabi dengan firman-Nya sebagaimana dalam Q.S. Al-Qashas/28: 56
Artinya:
"Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) tidak (akan dapat) memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Dia paling tahu tentang orang-orang yang (mau) menerima petunjuk."