MENOLAK PERBEDAAN MENENTANG AYAT TUHAN
Kelahiran kita di dunia ini bukan kehendak kita sendiri, dari rahim ibu mana kitapun juga tidak bisa memilih, ini semua sudah sesuai kehendak Yang Maha Kuasa. Bentuk, rupa, warna, semuanya adalah gambar takdir yang sudah Ia tentukan. Dimana kita lahir, di belahan bumi mana kita tinggal sudah Ia tentukan.Â
Bahasa, suku, bangsa asal kita juga bukan kita yang minta, semuanya sudah titah Yang Maha Kuasa. Bahkan yang wilayah privat seperti agamapun berbeda.Â
Lantas, masihkah kita mengingkari perbedaan ini, dengan semena-mena kepada orang yang berbeda dengan kita? Apakah anda sudah tidak percaya, jika ini semua adalah kehendak-Nya?
Perbedaan adalah sebuah keniscayaan, kita tidak bisa mengghindari perbedaan ini. Apakah kira-kira Tuhan tidak mampu membuat kita semua sama? Tentu sangat mampu, namun inilah kenyataan yang Ia kehendaki, menjadikan manusia berbeda suku, bangsa, bahasa, ras, budaya, semuanya Tuhan bingkai dalam keindahan ciptaan-Nya.Â
Lihat pelangi, kelihatan indah karena terdiri dari berbagai macam warna. Begitulah Allah dalam menciptakan makhluknya sengaja dibuat berbeda agar semuanya bisa saling menerima perbedaan. Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al-Hujurat/49: 13
Artinya:
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti."
Ayat di atas memberikan ketegasan atas keniscayaan sebuah perbedaan. Kalam Allah Swt. diawali dengan memanggil "manusia" artinya ayat ini khitabnya atau sasaran pembicarannya adalah untuk semua manusia, manusia diberitahu oleh Allah Swt. bahwa perbedaan gender, bangsa dan suku adalah titah-Nya, dan Allah Swt. menginginkan dengan perbedaan ini untuk tidak saling mengejek, mencaci, menghina dan merendahkan satu sama lain, tetapi Allah Swt. menginginkan untuk saling mengenal "lita'raf".
Dengan semangat "lita'arf" ini seharusya manusia sadar, bahwa di luar persaudaraan seiman, sebangsa, setanah air, ada persaudaraan yang lebih besar yaitu sesama manusia.Â
Semangat ini menjadikan manusia yang satu dengan lain akan saling bekerja sama, beriteraksi dengan baik, saling simpati dan empati, saling menolong, saling membutuhkan.Â