Mohon tunggu...
MUSHOFA
MUSHOFA Mohon Tunggu... Guru - KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Hobby Baca Buku-Buku Islami Klasik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Liburan= Memandang Ayat Allah

16 Desember 2022   21:00 Diperbarui: 16 Desember 2022   21:08 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 LIBURAN = MEMANGDANG AYAT ALLAH

Setelah pelaksanaan Penilaian Akhir Semester 1 kemarin, anak-anak santri langsung menuju ke papan pengumuman melihat jadwal "kapan liburan." Setelah melihat jadwal bahwa liburan jatuh dua minggu lagi, semuanya terlihat ceria dan bahagia. Yang biasanya sakit-sakitan pun langsung kelihatan cerah wajahnya, padahal sebelumnya pucat sekali. 

Ternyata "liburan" adalah suatu hal yang mereka dambakan selama ini. Maklum saja, memang selama ini mereka hidupnya dikekang oleh peraturan. Peraturan yang menundukkan nafsu dan syahwat dunia. Mereka tidak pegang HP, tidak pernah nonton TV dan hiburan, tidak pernah jalan-jalan, nongkrong bersama teman-teman di luar sana. Hari-hari mereka hanya sibuk belajar-belajar dan belajar. Begitu mendengar liburan, hak merdeka mereka langsung berontak.

Memang siapapun ketika mendengar kata "liburan" semuanya pasti senang. Apalagi anak-anak sekolah baik yang di pesantren atau di sekolah umum semuanya akan berosorak-bersorak menyambut liburan tiba. Bahkan sebulan sebelumnya mereka sudah merecanakan akan liburan kemana, sama siapa, mengadakan acara apa, dan menghitung berapa biayanya.

Manusia memang perlu istirahat sejenak. Allah Swt. dalam menciptakan manusia itu sudah sekaligus dibekali dengan titik kelelahan yang mengharuskan istirahat sejenak. Mata misalnya, ketika sudah capek dan letih akan merasa ngantuk dan wajib dipejamkan. Tubuh kita tidak akan mampu seharian kerja tanpa istirahat, karena memang manusia itu lemah. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S. An-Nisa' ayat 28, yang artinya "Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah."

Tentu Allah Swt. sendiri tidak akan memaksakan kehendak kepada hamba-Nya. Allah sangat Maha Baik kepada hamba-Nya karena Allah sudah tahu jika manusia itu sangat lemah. Makanya dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 286 yang artinya "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya." Ayat ini menegaskan bahwa kita tidak boleh terlalu ekstrem dalam menjalankan hidup, sewajarnya dan semampunya. 

Ketika badan sudah tidak mampu istirahatlah. Ketika pikiran kita sudah lelah, carilah hiburan. Ketika hati sedih, carilah kesenangan. Ketika sakit, berobatlah dan istirahatlah. Allah Swt. memberikan rukhsah-rukhsah kepada hambanya yang sudah tidak lagi mempunyai kemampuan.

Liburan ini juga bisa menjadi sarana untuk tadabbur atau merenungi ayat-ayat Allah yang terbentang luas di alam semesta, misalnya laut, gunung, taman, hutan, sungai, air terjun, dan lain sebagainya. Bagi orang-orang yang tajam mata batinnya, dengan memandang alam ini mereka bisa merasakan kebesaran Allah Swt, merasakan kehadiran-Nya. Karena bagi mereka alam ini adalah bukti wujud-Nya. Karena tidak mungkin sesuatu yang wujud diciptakan oleh sesuatu yang tidak wujud, sebagaimana aliran nihilisme. Akal kita tidak bisa menerima, akal sehat kita pasti berkesimpulan sesuatu yang tampak ini pasti ada penciptanya. Liburan semacam ini adalah liburan yang bermakna.

Nabi juga pernah liburan saat isra' mi'raj, banyak ahli sejarah mengatakan bahwa peristiwa isra' mi'raj nabi terjadi setelah nabi ditinggal wafat isteri tercintanya yakni Khadijah dan ditinggal wafat pamannya yakni Abu Thalib, di samping Allah akan memberikan perintah shalat, isra' dan mi'raj ini menjadi pelipur lara atas kesedihan yang dirasakan Nabi saat itu. Nabi di ajak liburan oleh malaikat Jibril untuk melihat ayat-ayat kebesaran Allah Swt. yang terbentang luas di angkasa hingga sampai langit ketujuh dan terus ke sidratul muntaha. Sepulang liburan, nabi menjadi hamba yang tambah taat kepada-Nya dan mensucikan-Nya serta menjalankan perintah shalat dengan khusu'.

Alhasil, liburan adalah manusiawi dan bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada ilahi melalui perenungan ayat-ayat suci yang terbentang luas di langit dan di bumi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun