dok pri
SALAH KAPRAH MEMAHAMI ILMU LADUNNI
Ilmu yg langsung datang dari sisi Allah. Memang kurang lebih secara harfiah bisa dimaknai seperti itu. Tapi, dalam praktiknya pemahaman seperti itu tidak benar. Karena Allah sendiri akan memberikan ilmu kepada hambanya setelah hambanya itu mau belajar dengan sungguh-sungguh, dengan riyadloh dan usaha keras yang luar biasa. Jika ada orang yang menganggap ilmu ladunni itu di dapat dengan cara bertapa, menyepi, tidak tidur selama tujuh hari, itu semua adalah kebodohan. Dan merupakan laku-laku ekstrim yang tidak sesuai dengan tabi'at manusia normal. Untuk itu disini penulis ingin mengajak kita semua untuk mengubah paradigma pemahaman yang dangkal terhadap ilmu ladunni ini.
Bagaimana cara mendapatkan ilmu ladunni? Apa dengan duduk-duduk santai, melamun, menghayal, melek, memandang langit agar kejatuhan sinar bintang? Tidak, sama sekali tidak seperti itu. Cara ingin mendapatkan ilmu ladunni yaitu wajib belajar dengan sungguh-sungguh, tanpa mengenal lelah. Mencari guru dan pembimbing yang benar, belajar dengan baik kepadanya, masuk di lembaga-lembaga pendidikan yang berkualitas. Kalau ada orang duduk-duduk santai, tanpa kesungguhan dalam belajar, terus ingin cerdas dan berilmu itu omong kosong dan bualan yang tak berguna. Perhatikan saja ayat berikut ini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh." Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak" (QS. Maryam 19: Ayat 12)
"dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa" (QS. Maryam 19: Ayat 13)
Ayat di atas, sangat jelas menerangkan bahwa nabi Yahya diperintah oleh Allah Swt. untuk mempelajari kitab Taurat dengan sungguh-sungguh. Atas kesungguhan inilah kemudian nabi Yahya mendapatkan hikmah (ilmu manfaat) atau kebijaksanaan dari Allah swt. Nabi Yahya yang jelas-jelas sekelas nabi saja, jika ingin mendapat ilmu, tetap diperintahkan belajar dengan sungguh-sungguh. Artinya, Allah Swt. dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia tetap melalui proses belajar. Dengan proses belajar inilah manusia akan menghargai ilmu.
Konsep yang mengatakan ilmu ladunni tanpa belajar sangat bertentangan dengan rumusan Al-Qur'an. Sejak ayat pertama turun saja Allah Swt. sudah jelas-jelas menegaskan dengan gamblah "bacalah" bahkan menurut riwayat sampai-sampai dikatakan sebayak tiga kali. Artinya, membaca sebagai media transformasi ilmu pengetahuan harus benar-benar ditekankan. Setalah itu baru ayat "Alladzi allama bil qalam" yakni Allah yang mengajari ilmu pengetahuan kepada manusia dengan pena (menulis). Jika kita benar-benar memahami ayat ini, maka kita akan sadar bahwa Ilmu itu tidak datang sendiri melainkan melalui proses membaca dan menulis yang dibimbing oleh seorang guru. Ketika proses ini sudah dijalankan pasti Allah akan memberikan ilmu kepada manusia. Inilah ilmu "min ladunni" yang artinya dari sisih Ku.
Al-hasil, pemahaman mendapat ilmu ladunni tanpa adanya proses belajar adalah pemahaman yang keblinger. Jadilah manusia yang biasa dan normal yang menggunakan anugerah Allah yang berupa akal sehat dan hati yang bijak dalam memahami sesuatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H