Mohon tunggu...
MUSHOFA
MUSHOFA Mohon Tunggu... Guru - KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Hobby Baca Buku-Buku Islami Klasik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ahli Agama dan Ahli Beragama

10 Desember 2022   09:00 Diperbarui: 10 Desember 2022   09:03 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AHLI AGAMA & AHLI BERAGAMA

Beda ya... Sangat beda, istilah di atas ibarat istilah alim dan allamah. Di Indonesia mencari ahli agama sak umbruk alias akeh banget. Tiap tahun pesantren ribuan meluluskan ahli agama, kampus-kampus mewisuda ribuan ahli agama. Tapi berapa diantara mereka yang ahli dalam beragama?

Jika ilmu itu hanya dikuasi, dihafal, dikaji, tanpa diamalkan, maka kita hanya akan menjadi ahli agama. Ahli dalil, ahli debat, ahli berhujjah, ahli beretorika, bahkan ahli menyusun kata-kata. Padahal esensi agama bukan itu semua.

Beragama artinya kita membawa nilai-nilai agama dalam kehidupan. Dan inti dari agama adalah menuhankan Tuhan yang layak di Tuhankan yaitu Allah SWT, dan memanusiakan manusia.

Orang yang tidak hafal dalilnya kasih sayang, namun ia mempunyai sikap lemah lembut dengan sesama, saling hormat dan mengasihi, pada hakekatnya ia lebih beragama dari ahli agama.

Orang yang tidak hafal dalilnya sedekah, namun ia sangat peduli dengan fakir miskin, kaum duafa dan anak-anak terlantar, ia sejatinya orang yang beragama.

Orang tidak hafal dalilnya keadilan, namun ia menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana, sebetulnya dialah orang yang beragama daripada orang-orang yang teriak-teriak tegakkan keadilan, namun ia sendiri belum bisa berlaku adil.

Agama itu bukan alat lipsting, tapi agama itu harus hadir dalam kehidupan. Orang yang beragama biasanya tidak banyak omong, ia lebih banyak beramal, karena ia paham, bahwa agama itu tidak untuk diomongin tetapi di amalkan. Kalaupun diomongin hendaknya ia sendiri sudah mengamalkannya.

Maka sebenarnya, konsep belajar agama adalah "Baca-pahami-amalkan baru ajarkan." Mari kita beragama dengan baik. Agama harus berfungi untuk memperbaiki diri. Jangan jadikan agama untuk menghina orang lain, merendahkan orang lain, bahkan menghakimi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun