Mohon tunggu...
MUSHOFA
MUSHOFA Mohon Tunggu... Guru - KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Hobby Baca Buku-Buku Islami Klasik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bergesernya Makna Takbir

9 Desember 2022   09:00 Diperbarui: 9 Desember 2022   09:22 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bacaan takbir yang kita kenal dengan lafadz "Allahu Akbar" artinya adalah Allah Maha Agung atau Allah Maha Besar. Lafadz takbir ini lazimnya sering dibaca oleh umat Islam yaitu ketika mengumandangkan adzan, iqamah, shalat, dzikir, malam hari raya dan disunnahkan ketika melihat peristiwa kebakaran. Bahkan menurut sejarah lafadz takbir ini juga menjadi kata-kata pembakar semangat pasukan perang pada zaman Nabi Saw dan para pahlawan Indonesia yang dipimpin oleh Bung Tomo di Surabaya. Namun akhir-akhir ini saya sendiri sering melihat dan mendengar pekikan takbir di jalan-jalan raya yang diteriakan oleh para pendemo disela-sela orasinya. Seorang orator berpidato dengan penuh semangat yang menggebu-gebu, dan tidak jarang isi pidatonya bernada provokasi, caci maki dan lain sebagainya, kemudian ditutup dengan pekikan Allahu Akbar yang ditirukan oleh massa.

Mereka mengucapkan Allahu Akbar dengan nada kasar, bahkan tidak jarang disertai raut wajah yang penuh kebencian dan amarah yang luar biasa. Bringas dan teriakan yang menggelegar. Tidak sedikitpun diantara mereka ketika mengucapkan lafadz Allahu Akbar merasa kerdil dan hina di hadapan Tuhan Yang Maha Akbar. Padahal hakekat takbir adalah kita mengagungkan Allah, membesarkan Allah. Saat kita mengucapkan takbir, pada hakekatnya kita mengakui bahwa yang Maha Besar adalah Allah Swt, selain-Nya adalah kecil, kerdil, hina, rendah, bukan apa-apa, karena Yang Maha Agung adalah Allah Swt.

Disinilah terjadi pergeseran makna, seharusnya orang yang mengucapkan takbir akan merasa hina dan rendah serta tawadhu' karena malu dihadapan Tuhan Yang Maha Agung. Sekarang tidak, kalimat takbir disandingkan dengan sikap kesombongan dan kecongkaan. Orang yang memekikkan kalimat takbir, ia membanggakan kebesaran kelompoknya, seakan ia yang paling benar, paling sempurna, dan menganggap orang lain salah. Dalam kenyataan seperti ini, sebenarnya dialah yang mengotori kesucian kalimat takbir.

Alhasil, Kalimat takbir bukan untuk kesombongan, melainkan kalimat takbir untuk menyadarkan diri kita, kalau kita ini makhluk yang lemah dan tak berdaya. Kalimat takbir untuk menyatakan bahwa hannya Allah Swt. yang Maha Agung. Jadi jika seseorang menyadari akan hal ini, ia tidak akan sembrono menggunakan kalimat takbir. Kalimat takbir tidak akan diobral untuk ambisi kepentingannya. kalimat takbir tidak akan dijual dengan harga dunia yang murah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun