Mohon tunggu...
Sabda Mustafa
Sabda Mustafa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Editor, Praktisi Penulisan & Penerbitan

Penulis, Editor, Praktisi Penulisan & Penerbitan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bergerak dalam Kesunyian

20 Agustus 2020   23:38 Diperbarui: 20 Agustus 2020   23:42 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kesempurnaan kerja terletak pada "merasa seolah tidak bekerja apa-apa", seperti sebuah pepatah, "Let not your left hand know your right hand does".[1] Dalam bahasa agama disebut 'Ikhlas'.

Kenapa kita sering kecewa? Jawabannya: Kita sering berbuat karena berharap pujian dan tepukan tangan manusia. Padahal kita juga adalah manusia. Manusia ingin dipuji manusia. Sungguh aneh...!

Jadi apa yang harus kita lakukan? Berbuatlah, bekerjalah tanpa ingin dipuji oleh pujian makhluk, karena makhluk tidak memiliki pujian. Jadi, kepada siapakah kita berharap? Berharap-lah hanya kepada Tuhan yang telah menciptakan saya dan Anda. Dia-lah Ash-Shamad. Kepada-Nya semua makhluk ber-gantung dan berharap. Dia-lah yang Mahamembalas perbuatan hamba-Nya. Dia-lah Tuhan yang akan memuji hamba-Nya yang selalu memuji-Nya. Sekecil apapun Anda berbuat Tuhan akan membalas dan menghargai perbuatan Anda.

Berharap kepada manusia adalah kebodohan. Anda dan saya sudah sering menjadi korban harapan. Berharap kepada manusia, tidak selamanya air susu berbalas sama, tetapi terkadang dibalas air tuba. Berharap balas dari manusia karena kita berbuat baik kepadanya, tidak selamanya berbalas baik. Yang kita terima justru sebaliknya.

Oleh karena kita tegaskan kembali, betapa sangat naif ketika berbuat baik kepada orang lain, kita berhasrat tinggi ingin dipuji, dihormati, demi harga diri dan gengsi, atau hanya dibalas dengan imbalan dunia. Apa artinya semua ini dibanding dengan balasan Yang Maha Kaya? Bergaya sebagai ahli ibadah adalah penipuan besar, ketika dibalik segala perbuatan baik kita terselip niat duniawi. Percayalah, kita tidak akan mendapatkan apa-apa dari sisi Tuhan.

Sekarang...katakan dengan lantang penuh keikhlasan, "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya kupersembahkan kepada Allah pengatur semesta alam."

Memang mudah sekali mengatakan kata-kata ini, namun ketahuilah amat berat untuk menjaga kata-kata ini dalam hati. Riya-riya dunia selalu menggoda. Namun, jangan berhenti untuk mengelola hati. Barangkali, setelah kita melewati jembatan riya (pujian, penghargaan) akhirnya kita bisa menjadi orang yang bosan dengan pujian dan penghargaan itu. 

Anggap saja kita seorang anak yang sedang belajar. Ketika Anda menginginkan anak Anda salat, puasa, maka Anda bujuk dia "Nak, kalau kamu salatnya penuh, puasanya tidak bolong, kamu akan ayah kasih hadiah sepeda." Ya, anak akan giat salat dan puasa karena dia berharap mendapatkan sepeda. Namun, percayalah, ketika sudah dewasa dia tentu akan malu kalau kita bujuk rayu dengan sepeda kalau dia rajin salat dan puasa. Pertama kali dia riya, akhirnya sudah terbiasa. Hilanglah riya, tumbuhlah ikhlas.

Saya dan Anda sedang berproses untuk ikhlas. Saya dan Anda sedang berusaha untuk berharap hanya kepada-Nya. Ya, mulailah enyahkan pujian dan penghargaan dari manusia. Dan, andaikata pujian dan penghargaan itu dialamatkan kepada saya dan Anda, kembalikan saja kepada Sang Pemilik Pujian (Allah).

Saya dan Anda sekarang sedang bekerja, walaupun kerja saya dan Anda tidak sama. Dengan ikhlas, etos kerja Anda akan semakin kuat. Karena bukan karena pujian atasan kita bekerja, bukan karena makiannya kita berhenti bekerja. Bekerjalah diam-diam untuk kebaikan, seperti bergeraknya bumi, bulan, matahari, siang dan malam semuanya bergerak dalam kesunyian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun