Mohon tunggu...
Kang Rozaq
Kang Rozaq Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendakwah, Aktivis Sosial dan Keagamaan, Laskar Pelayan Jama'ah (LPJ)

Aktivis Gerakan Aksi Sosial dan Keagamaan (GASA) dan Penggiat/Laskar Pelayan Jamaah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merajut Hikmah Pasca Pilkada, Perspektif Islam dalam Menyikapi Kemenangan dan Kekalahan

28 November 2024   08:30 Diperbarui: 28 November 2024   09:08 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto di salah satu sudut Pondok Biba'afadlrah (sumber: foto koleksi pribadi)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa kekalahan mungkin mengandung hikmah yang tidak kita pahami saat ini. Kekalahan adalah ujian kesabaran yang menuntut sikap tawakal kepada Allah SWT. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa sebaik-baiknya seorang Muslim adalah mereka yang tidak menyerah pada keadaan, melainkan tetap berikhtiar dan berdoa. 

Imam Ibnul Qayyim menegaskan bahwa ujian, baik dalam bentuk kemenangan maupun kekalahan, adalah cara Allah untuk membersihkan hati manusia dari sifat-sifat buruk dan mendekatkannya kepada-Nya. Kekalahan memberikan kesempatan untuk merenung: apakah ada niat yang perlu diluruskan, atau strategi yang perlu diperbaiki? 

Pilkada seringkali meninggalkan luka perpecahan di masyarakat. Islam mengajarkan pentingnya menjaga persaudaraan setelah kontestasi. Allah SWT berfirman:

 "Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Ali Imran: 103) 

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda:  "Tidak akan masuk surga seseorang yang memutuskan hubungan dengan saudaranya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Ayat dan hadits ini menegaskan bahwa setelah kontestasi, umat Islam harus merajut kembali ukhuwah islamiyah. Perbedaan pilihan politik tidak boleh menjadi alasan untuk saling bermusuhan. Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW menunjukkan teladan terbaik dalam mempersatukan umat yang semula terpecah-belah, seperti kaum Anshar dan Muhajirin. 

Pilkada adalah sebuah episode dalam kehidupan masyarakat yang mengandung banyak hikmah. Bagi yang menang, jadikanlah kemenangan sebagai amanah untuk membawa keadilan dan kesejahteraan. Bagi yang kalah, jadikanlah kekalahan sebagai momen untuk introspeksi dan memperbaiki niat.

Sebagai Muslim, kita percaya bahwa segala sesuatu terjadi atas izin Allah (qodarullah) dan memiliki tujuan yang baik. Mari kita songsong masa depan dengan hati yang bersih dan niat yang tulus, karena pada akhirnya, kemenangan sejati bukanlah di dunia, melainkan di akhirat.

Yang tidak kalah pentingnya, perbedaan, perselisihan, saling mencari-cari kesalahan pasangan yang kita usung dan kita dukung, bahkan sebagian memobilisasi prasangka dan pergunjingan dan perbuatan sejenisnya yang lain, yang barangkali timbul dalam proses pilkada. 

Sekarang saatnya merajut dan meneguhkan kebersamaan sesama makhluk Allah SWT. seraya melakukan muhasabah (koreksi diri) dan pertaubatan, guna menatap masa depan yang lebih baik.

Allah SWT. telah memperingatkan di dalam QS: Al Hujurat: 12, yang artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun