Oleh karena itu, dalam memilih pemimpin, umat Islam tidak boleh hanya mempertimbangkan kepentingan pribadi atau golongan, tetapi memperhatikan maslahat bagi umat secara keseluruhan.Â
Proses memilih pemimpin adalah bagian dari usaha menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Ketika orang-orang baik bersikap diam, maka orang-orang jahat akan mengambil alih kekuasaan, sebagaimana diingatkan oleh Imam Ali r.a. Umat Islam harus bersatu untuk menghadirkan suara-suara kebaikan, sebagaimana disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat.Â
Dalam QS. Surat Ar-Ra'd ayat 11, yang artinya : "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia". Ayat ini menegaskan bahwa perubahan positif hanya akan terjadi jika umat Islam aktif mengambil bagian dalam proses tersebut, termasuk dalam memilih pemimpin.Â
Oleh karena itu, memilih pemimpin adalah tanggung jawab besar yang harus ditunaikan dengan niat ikhlas, pertimbangan yang matang, dan mengacu pada syariat Islam. Sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Yusuf Qardhawi, jika tidak ada pilihan sempurna, pilihlah yang paling sedikit keburukannya. Sebagai umat Islam, kita tidak boleh diam melihat kezaliman, karena diamnya orang baik adalah pintu masuk bagi kehancuran.Â
Semoga Allah SWT memberikan kita pemimpin yang adil, amanah, dan membawa maslahat bagi seluruh umat. Wallahu a'lam bishawab. Â (KangRozaq)
#asmidesanta
#asmidesantajogja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H