Mohon tunggu...
Kang Rendra Agusta
Kang Rendra Agusta Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti Naskah Kuno

sedang belajar Filologi dan Epigrafi || Sraddha Institute Surakarta ||

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Parafrase "Pasir" Tigapagi

5 Mei 2014   08:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:52 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399227281791725632

“baiklah, aku lebih memilih menjadi bayang, yang terus menghadang, lalu menyerang.”

Sekonyong datang lalu hilang, lalu datang, hilang, selalu datang, hilang, lalu datang, lalu hilang. Bergantian kelahiran yang selalu berdasar pada kebenaran.

Jutaan manusia yang memilih jalan kebenaran, mengukir kebenaran pada sisi hidupnya. Lalu ia terusir, tersingkir digantikan penggenggam kebenaran berikutnya.

Di bawah tenda pengungsian yang goyah, ia memilih menatap hempasan angin yang membawa pasir. Pasir yang tak terukur jumlahnya, kau gugur teratur. Kebenaran yang melekat pada manusia kekal. Walau waktu membatasi, walau raga terbatasi, terkubur, tersungkur.

Untuk para penggenggam pasir yang gugur ;Wiji Thukul, Munir dll.

“saya masih percaya, bahwa kebenaran akan menjadi pemenang zaman”.rdr




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun