“baiklah, aku lebih memilih menjadi bayang, yang terus menghadang, lalu menyerang.”
Sekonyong datang lalu hilang, lalu datang, hilang, selalu datang, hilang, lalu datang, lalu hilang. Bergantian kelahiran yang selalu berdasar pada kebenaran.
Jutaan manusia yang memilih jalan kebenaran, mengukir kebenaran pada sisi hidupnya. Lalu ia terusir, tersingkir digantikan penggenggam kebenaran berikutnya.
Di bawah tenda pengungsian yang goyah, ia memilih menatap hempasan angin yang membawa pasir. Pasir yang tak terukur jumlahnya, kau gugur teratur. Kebenaran yang melekat pada manusia kekal. Walau waktu membatasi, walau raga terbatasi, terkubur, tersungkur.
Untuk para penggenggam pasir yang gugur ;Wiji Thukul, Munir dll.
“saya masih percaya, bahwa kebenaran akan menjadi pemenang zaman”.rdr
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H