Mohon tunggu...
Pandu Perdana Putra
Pandu Perdana Putra Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Inggris, Peneliti, dan Pengamat Kebijakan Pendidikan

Saya seorang penulis yang aktif membahas berbagai topik, terutama terkait dengan pedagogi dan isu pendidikan terkini. Dengan latar belakang di manajemen komunitas, saya juga sering berbagi tentang cara mengelola dan mengembangkan komunitas secara efektif. Selain itu, saya sangat tertarik pada penelitian, baik itu melalui survei maupun eksperimen sosial, yang saya anggap sebagai cara penting untuk menggali wawasan baru dan solusi bagi masalah yang ada di masyarakat. Melalui tulisan-tulisan ini, saya berharap dapat memberikan kontribusi positif dalam perkembangan dunia pendidikan dan pengelolaan komunitas di Indonesia. Semoga apa yang saya bagikan dapat bermanfaat dan menginspirasi kita semua. Untuk berdiskusi lebih lanjut atau terhubung, silakan mampir ke halaman LinkedIn saya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mubadzir Waktu: Beda Produktif dengan Sibuk Sendiri

25 Mei 2024   22:46 Diperbarui: 25 Mei 2024   22:53 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Produktivitas adalah salah satu kata yang paling saya sukai dewasa ini. Ada kekuatan yang selalu menggugah untuk melakukan sesuatu menuju kesuksesan dari kata ini. Jika sedikit dibedah mungkin akan menjadi Produk yang artinya hasil dari sesuatu (tidak selalu barang), sufiks -tif yang artinya bersifat, dan sufiks kedua -itas yang mengubah kata menjadi nomina. Kira-kira jika diartikan secara keseluruhan Produktivitas adalah tingkat seseorang berlaku sesuatu agar menghasilkan produk.. yang lagi-lagi tidak selalu berbentuk barang.

Pertama kali saya menjiwai kata ini adalah semasa kuliah. Seperti ingin menjadi yang paling produktif se kampus dengan nugas tiap malam & membuat sesuatu yang berkaitan dengan perkuliahan, ya karena saat itu saya adalah mahasiswa. Bahkan saya sampai membentuk sebuah komunitas pengembangan diri yang salah satu bahasan utamanya adalah produktivitas. Syukurlah bisa menularkan semangat ini ke junior-junior sampai bisa membuat mereka jadi mahasiswa ambis. Dengan arti yang baik tentunya.

Pun ketika saya mengikuti sesi tes speaking IELTS tidak disangka yang ditanyakan adalah tentang Produktivitas. Kira-kira pertanyaannya "how a productive person behave in their daily lives?" Oh senang sekali bahkan saya sampai tersenyum ketika pertanyaan itu yang muncul. Tentu bukan masalah karena segala framework atau kerangka pikir tentang produktivitas ada di kepala saya, tinggal bagaimana menjelaskan dengan bahasa Inggris yang IELTS'y tantangannya.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data mengenai Angka Harapan Hidup penduduk Indonesia pada 2023 yaitu sebesar 79,93 tahun. Walaupun yang bisa disebut dengan usia produktif dibatasi umur 65 karena batas umur itulah pekerja di Indonesia biasanya pensiun. Dari keterbatasan itu perlulah kita untuk mempunyai kesadaran tentang waktu yang tidak sedikit. Bukan berarti kita harus menjadi orang yang tergopoh-gopoh tidak kenal istirahat, tapi produktif itu perlu, mubadzir waktu itu jelek.

Hal ini mengarah kepada dua lifeskill yang sangat penting, yaitu Manajemen Waktu & Produktivitas:

Semua orang mempunyai waktu yang sama. Satu menit adalah 60 detik. Satu Jam adalah 60 menit. Sehari adalah 24 jam. Tetapi kenapa sebagian orang bisa berkarya lebih seolah-olah mereka mempunyai 48 jam dalam sehari atau bahkan lebih? Atau bahkan kenapa ada orang yang sepertinya berantakan dalam mengatur hidupnya karena dia tidak mengontrol waktunya dengan baik? Saya yakin jawabannya adalah manajemen waktu. Waktu yang sudah diatur perlu diisi dengan pos produktif sehingga aktivitas yang dimasukkan seseorang dalam manajemennya adalah perilaku yang produktif. 

Apa yang perlu jadi rambu-rambu juga adalah ketika kita tidak sadar bahwa produktivitas yang kita anggap lakukan bukanlah produktivitas yang benar. Bayangkan sudah banyak waktu yang kita luangkan, sudah banyak janji dengan kolega yang kita lewatkan, berjalan di jadwal yang rigid juga sebuah hal yang perlu dikorbankan. Tetapi waktu demi waktu berlalu tidak ada hal yang bisa dilihat apapun. Tidak ada hasil yang terlihat, sekalipun itu hasil yang berprogress.

Jadi dengan kesadaran bahwa waktu itu terbatas. Perlulah kita untuk membawa diri kita untuk tidak menjadi pribadi yang suka mubadzir atau membuang-buang waktu. Mari bersama-sama mempunyai keinginan untuk meninggalkan karya dan jejak hidup kita di banyak bidang yang bisa diwariskan ke generasi selanjutnya. Perlu juga kita mempunyai alarm jika ternyata hal yang sedang dilakukan adalah produktivitas palsu yang dijelaskan di atas.

Mari bergabung dengan jiwa-jiwa produktif, kita tidak sendirian, see you at the top!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun