Ada peristiwa menarik saat  Sidang Paripurna DPRD Kota Cilegon dengan agenda Pengumuman Akhir Masa Jabatan Helldy Agustian selaku Walikota Cilegon 30 Januari lalu.  Walikota Cilegon Helldy Agustian  meninggalkan Gedung DPRD setelah acara selesai  melalui pintu belakang. Puluhan wartawan yang menunggu di depan pintu keluar ruang Paripurna,  merasa kecewa lantaran tidak bisa mewawancarai Walikota. Ada apa?.
Seperti diketahui, Jabatan Walikota Cilegon akan berahir tahun ini  sesuai dengan regulasi yang ada.  Meskipun periodesasinya hingga tahun 2025, namun dengan adanya aturan tentang Pilkada serentak, jabatannya diamputasi sampai dilantiknya Walikota yang baru hasil Pilkada 2024.
Helldy Agustian yang masih menjabat Walikota Cilegon, ikut  dalam  perhelatan Pilkada 2024 sebagai Calon Walikota berpasangan dengan Alawi Mahmud dengan nomor urut 2. Adapun calon  yang lain yakni pasangan Robinsar-Fajar Hadi Prabowo dengan nomor urut 1 serta pasangan Isro Mi'raj -- Nurotul uyun dengan nomor urut 3.
Sialnya, pasangan Helldy Agustian-Alawi Mahmud yang merupakan calon petahana, justru kalah dalam perhelatan itu. Kekalahannya bisa dibilang sangat menyesakkan lantaran calon yang mengalahkannya adalah pasangan millennial yang dianggap  belum punya pengalaman dalam pemerintahan yakni calon nomor urut 1 Robinsar-Fajar  Hadi Prabowo, ditambah lagi perolehan suaranya jauh dibawah pasangan nomor urut 1.
Tercatat pasangan Helldy Agustian-Alawi Mahmud hanya memperoleh 68.371 suara (28,09% , sementara pasangan Robinsar-Fajar Hadi Prabowo  meraup sebanyak 123.196 suara (50,53%), sedangkan pasangan Isro Mi'raj -- Nurotul Uyun kebagian 52.086 suara (21,38).  Jadi pasangan Robinsar-Fajar Hadi Prabowo  bisa dikatakan mendapat suara mayoritas lantaran  suara dua pasangan calon yakni pasangan calon Helldy Agustian-Alawi Mahmud dan suara pasangan calon Isro Mi'raj- Nurotul Uyun, jikapun suaranya digabungkan  masih tetap unggul suara Robinsar- Fajar Hadi Prabowo.
Kekalahan Helldy Agustian ini, dari awal sudah diprediksi lantaran berdasarkan hasil survey Indikator  sebelum Pilkada, ditemukan bahwa masyarakat Cilegon lebih banyak yang tidak menginginkan Helldy Agustian kembali menjadi Walikota (42,9%) dibandingkan dengan yang menginginkan (38,7%), sedangkan yang belum menentukan yakni 18,4%. Jadi. besar kemungkinan yang belum menentukan ini tidak akan ikut arus yang menginginkan, melainkan kemungkinannya bisa ke Robinsar-Fajar atau Isro-Uyun.
Lepas dari beberapa pelaksanaan program pembangunan yang terangkum dalam APBD 2021, APBD 2022 dan APBD 2023 lalu, Helldy Agustian justru terpelanting dalam pelaksanaan APBD 2024. Seperti sudah menjadi perbincangan publik,  pelaksanaan pembangunan tahun 2024 dalam kaitannya dengan pelaksanaan APBD, dianggap morat marit  lantaran adanya defisit anggaran yang dampaknya kemana-mana. Hal ini kebalikan dari pelaksanaan APBD 2021 yang menyisakan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) hampir setengah trilyun. Namun dalam kacamata pelaksanaan APBD sama nilainya yakni morat-marit. Jika APBD tahun 2021 banyak anggaran tak terpakai sia sia, kebalikannya APBD tahun 2024 justru tidak ada anggaran untuk melaksanakan pembayaran kepada pihak ketiga dan honor honor lain lantaran defisit.
Sudah menjadi kenyataan bahwa, di ahir masa jabatannya, Helldy Agustian justru meninggalkan legacy  yang buruk dimata  masyarakat maupun di internal pemerintahan. Dengan adanya defisit APBD 2024, meninggalkan hutang dalam pengertian meninggalkan beban pembayaran ditahun anggaran 2025 dengan jumlah ratusan milyar hususnya untuk pembayaran pihak ketiga termasuk honor honor yang tidak dibayarkan sampai ahir tahun anggaran 2024.  Tentu saja, beban pembayaran atas hutang-hutang itu harus dilaksanakan oleh pimpinan daerah yang baru  hasil pilkada 2024 yakni Walikota Robinsar bersama Wakil Walikota Fajar Hadi Prabowo yang akan dilantik pertengahan buan ini, kecuali honor honor yang tidak bisa dibayarkan berdasarkan regulasi yang ada.
Dampak buruk dari defisit APBD ini  paling dirasakan oleh para guru madrasah, guru ngaji, guru PAUD, guru honorer, linmas, kader posyandhu. Mereka ini, tiga bulan terahir tahun 2024 (Tri Wulan IV) honornya tidak bisa dibayarkan, celakanya honor-honor itu berdasarkan regulasi yang ada, tidak bisa dibayarkan menggunakan APBD 2025 sehingga bisa dikatakan honor itu hangus alias tidak bisa dirasakan oleh mereka.
Kenyataan inilah yang kemudian mengundang simpati dan empati masyarakat Cilegon. Beberapa kali pemerintah Kota Cilegon digerudug para pendemo sacara bergantian, termasuk demo para guru itu sendiri. Elemen masyarakat,  Ormas kepemudaan, Mahasiswa menyuarakan agar Helldy Agustian bertanggung jawab membayar mereka sebelum pelantikan Walikota yang baru. Bahkan ketua DPRD Cilegon Rizki Khairul Ikhwan meminta agar sebelum pelantikan Walikota yang baru, Helldy Agustian harus melaksanakan tanggungjawabnya  atau jangan melepaskan tanggungjawab.