Tinggal di desa miliki keseruan yang tidak didapat oleh anak-anak kota. Saat itu sekitar tahun 1992 awal saya belajar berpuasa di bulan Ramadan.Â
Dari letak geografis tidak desa banget, karena saat itu tinggal di Cariu, Kab. Bogor. Sekarang lebih populer disebut sebagai Bogor Timur.Â
Daerah itu merupakan tanah kelahiran nenek dari ibu. Nah, saya tinggal hanya sampai bangku sekolah dasar yang mana di jenjang usia tersebut mulai belajar puasa Ramadan.
Momen yang tidak terlupakan adalah pada hari Kamis, entah tanggal berapa Ramadan tapi yang jelas saat pulang sekolah dan ketika tiba di rumah langsung menyantap timun yang ada di teras.
Saat itu masih duduk di kelas 1 sekolah dasar SDN 1 Cariu. Lokasinya tepat di jalan Transyogi penghubung Cileungsi sampai Cianjur.
Jarak dari rumah ke sekolah kalau jalan kaki setengah jam. Lewati pemukiman warga, jalan kampung, pinggiran kali tempat langganan berenang, dan pesawahan.Â
Qodarullah selain di pinggir jalan, pinggir sungai, sekolah tempat saya belajar tersebut juga berada di area pesawahan. Sampai saat ini, tahun 2023 pesawahannya masih ada dan belum dibangun pemukiman.Â
Membiasakan anak beribadahÂ
Kini di Ramadan 1444 H/2023 M kali pertama mengajarkan kepada anak yang masih TK untuk mengenal puasa. Seperti pada umumnya saat sahur ia dibangunkan, dan saat adzan maghrib di ajak berbuka puasa.Â
Tapi saat adzan berkumandang dia diberi kesempatan untuk berbuka puasa. Setidaknya sampai setengah 2 siang ia memiliki kesempatan untuk makan dan minum.Â
Selain itu, diberikan pendampingan juga kepada dia bahwa puasa itu bukan hanya menahan lapar dan haus. Melainkan lebih dari itu, puasa yang diperintahkan kepada kita adalah sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta yakni Allah Azza Wa Jalla.Â