Bismillah
Di zaman yang serba mudah ini kita dimanjakan dengan kemudahan memiliki sepeda motor. Bagaimana tidak dengan uang senilai Rp 300 ribu bisa mendapatkan skutik dengan kubikasi mesin 155cc.
Penggunaannya pun beragam mulai untuk harian, ngantor, belanja, ojek online dan tidak sedikit menggunakannya untuk berkomunitas.
Contohnya saya, di tahun 2010 kemarin memilih Honda Vario sebagai tunggangan kedua hanya karena tertarik dengan kebersamaan yang sering ditunjukan oleh Honda Vario Club (HVC) Jakarta.
Namun sekarang, seiring dengan bertambahnya keinginan untuk mendapatkan yang lebih dari sebuah perkumpulan akhirnya berusaha mulai dengan melihat sisi yang menggiurkan. Bukan untuk materi apalagi gengsi tapi lebih ke pemikiran lebih jauh yaitu kehidupan setelah kehidupan yang diawali dengan kematian.
Karena yang saat ini dipahami adalah ketika kita berusaha untuk mendapatkan akhirat maka dunia akan mengikuti. Tapi ini bukan berarti memanifulasi dekat dengan keagamaan untuk meraih dunia, bukan ya.
Lantas kemudian saya pilih satu perkumpulan dengan nama Muslim Biker Indonesia (MBI). Yang menggiurkan bagi saya dari MBI adalah para pengurusnya menyediakan kajian seperti yang saya cari selama ini. Sebelumnya saya pernah ikut dan membentuk perkumpulan atas dasar keagamaan juga, namun disayangkan yang ada hanya riding bareng saja untuk melaksanakan shalat wajib.
Ada juga sih kumpul-kumpulnya setelah itu, tapi disayangkan bahasan krusial tentang agama tapi tidak dibarengi oleh orang yang memang kita sebut dengan panggilan ustadz.
Maka dari itu dengan beberapa pengalaman yang telah dilalui saya sampaikan tiga poin yang didapatkan selama di Muslim Biker Indonesia (MBI).
Siapa Itu MBIÂ