Dahlan Iskan dan Wartawan Kampungan
(Sisa catatan dari kunjungan Dahlan Iskan ke Banyuwangi pada tanggal 19 – 20 Nopember 2013)
Tak rugi aku mengajak teman saat kunjungan kerja Dahlan Iskan di lokasi rencana pembangunan pabrik gula merah putih di Glenmore – Banyuwangi pada hari Selasa, 19 Nopember 2013. Teman satuku ini pengagum Dahlan Iskan, suka baca-baca MH nya di Jawa Pos, dan berita-berita lain di koran tentang Dahlan Iskan. Karena dia tidak bergabung dalam komunitas Dahlanis Indonesia, maklum gaptek , jadi dia tahu tentang Pak Dahlan Iskan tetapi tidak sedetail teman-teman yang ada di komunitas .
Biarlah, meski dia tidak bergabung dengan komunitas Dahlanis Indonesia karena soal kompetensi, yang penting dia sangat konsern mendukung sosok Dahlan Iskan. Ketularan virus Dahlan Iskan yang aneh, nyleneh , tegas dan penuh semangat dengan mengikuti gebrakan-gebrakan Dahlan Iskan di media. Terbukti saat aku ajak mengikuti kunjungan kerja di pabrik gula Glenmore begitu antusiasnya. Saking antusiasnya sampai –sampai lupa kalau dia sakit gigi. Tidak dirasakannya , padahal bengkak di pipi kanannya nampak jelas sekali. Udara yang lumayan dingin dan gerimis yang terus mengguyur bakal menambah cekot-cekotnya sakitnya. Tapi itu tak menjadi halangan bagi dia untuk ketemu dengan sang idola, “Menteri edan.” katanya.
Kamera digital dipersiapkan, tak lupa stok baterai baru dipersiapkan agar nanti bisa ceprat-cepret lebih leluasa dan dapat banyak gambar. Tak lupa jaket dia kenakan. Namun ketika aku ingatkan agar membawa mantel hujan, dia menolak, ribet, katanya. Bener , virus Dahlan Iskan telah merasuk ke jiwanya, semangat pantang menyerah, melawan arus yang lazim tapi untuk kebaikan.
Menunggu adalah waktu yang melelahkan. Menunggu kepastian kedatangan Dahlan Iskan dan bisa bersalaman atau foto bersama sungguh membutuhkan energy yang luar biasa bagi dia. Jangan-jangan…, yang selalu muncul. Aku paham kata jangan-jangan itu. Jangan-jangan terlalu ketat pengawalannya, jangan-jangan protokoler, dan lainnya laiknya pejabat lainnya. Jangankan seorang pejabat setingkat menteri, untuk bisa mendekat dan berjabat tangan dengan pejabat setingkat bupati saja sulitnya bukan main, begitu pengalaman temanku.
Rombongan Dahlan Iskan memasuki pintu gerbang lokasi pembangunan pabrik gula merah putih, segera dia mengambil posisi untuk menyambut, bersalaman dan mengabadikan gambar tokoh idola. Sibuk banget, dia mengabadikan moment-moment kunjungan kerja Dahlan Iskan. Ceprat-cepret kesana kemari layaknya seorang wartawan professional. Yah, aku mengamati saja tingkah polahnya yang penting aku nanti dapat file dari hasil karyanya, atau paling “wajib”, aku nanti akan minta mengabadikan gambarku bersama Dahlan Iskan. Benar, dia bisa membidikku, saat aku berangkulan dengan Dahlan Iskan. Luar biasa,momentnya pun pas, bidikannyapun tepat , saat Dahlan Iskan keluar dari kamar kecil, bajak, bisa berdua. Cepret……. “Wah, benar-benar wartawan professional dia, gumanku dalam benak.”
Karena terlalu malam aku hanya melihat-lihat gambar-gambar hasil jepretannya. Untuk memindahkannya ke laptop esok saja, karena jam telah menunjuk pada angka 23.45 WIB. Sudah malam besuk harus kerja, kalau ngantuk bisa fatal. Dia berjanji esok akan membawa hasilnya ke tempat kerja.
Pagi-pagi kawanku ini sudah datang dengan wajah sumringah, meski di pipi kanannya masih terlihat jelas bengkaknya. Ditentengnya hasil bidikannya. Aku pindahkan ke laptop gambar-gambarnya. Dan sejurus kemudian dia memamerkan gambar-gambar Dahlan Iskan pada semua teman kerja di kantor. Diperlihatkan satu persatu-satu, sambil dia bercerita moment dari gambar itu. Mulai dari dia bersalaman tiga kali, tangannya Dahlan Iskan empuk, menteri “edan”, karepe dewe (seenaknya sendiri) tidak protokoler, nyleneh, aneh tapi top, katanya. Dia terus berceloteh tentang Dahlan Iskan dari A sampai Z layaknya seorang pewarta yang mahir dan professional. Ujung-jujungnya,” Besuk 2014 kita pilih Dahlan Iskan jadi presiden!” Tampaknya semua teman mengamini dan meyakini atas ajakannya. Aku yang duduk di sampingnya hanya bisa tertawa geli dalam hati dan berterimakasih padanya. Nah, kena dia, jadi jubirku, ada “wartawan kampungan” yang warta-wartanya dituturkan, pada orang di sekelilingnya. Makanya jadi wartawan sungguhan kayak Dahlan Iskan, sekali tulis, jutaan orang bisa mengakses…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H