Mohon tunggu...
Kang Moed
Kang Moed Mohon Tunggu... -

wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dahlan Iskan dan Wartawan Kampungan

22 November 2013   13:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:49 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dahlan Iskan dan Wartawan Kampungan

(Sisa catatan dari kunjungan  Dahlan Iskan ke Banyuwangi pada tanggal 19 – 20  Nopember 2013)

Tak rugi aku mengajak teman saat kunjungan kerja Dahlan Iskan di lokasi rencana pembangunan pabrik gula merah putih di Glenmore – Banyuwangi pada hari Selasa, 19 Nopember 2013. Teman satuku ini pengagum  Dahlan Iskan, suka baca-baca MH nya di Jawa Pos, dan berita-berita lain di koran  tentang  Dahlan Iskan. Karena  dia tidak bergabung dalam komunitas Dahlanis Indonesia, maklum gaptek , jadi dia  tahu tentang Pak Dahlan Iskan tetapi  tidak sedetail teman-teman yang ada di komunitas .

Biarlah, meski dia tidak bergabung dengan komunitas Dahlanis Indonesia karena soal kompetensi, yang penting dia sangat konsern mendukung sosok Dahlan Iskan. Ketularan virus Dahlan Iskan yang aneh, nyleneh , tegas dan penuh semangat   dengan mengikuti gebrakan-gebrakan    Dahlan Iskan di media. Terbukti saat aku ajak mengikuti kunjungan kerja  di pabrik gula Glenmore begitu antusiasnya. Saking antusiasnya sampai –sampai lupa kalau dia sakit gigi. Tidak dirasakannya , padahal bengkak di pipi kanannya nampak jelas sekali. Udara yang lumayan dingin dan gerimis yang terus mengguyur bakal menambah cekot-cekotnya sakitnya. Tapi itu tak menjadi halangan bagi dia untuk ketemu dengan sang idola, “Menteri edan.” katanya.

Kamera digital dipersiapkan, tak lupa stok baterai baru dipersiapkan agar nanti bisa ceprat-cepret  lebih leluasa dan dapat banyak gambar. Tak lupa jaket dia kenakan. Namun ketika aku ingatkan agar membawa mantel hujan, dia menolak, ribet, katanya. Bener , virus Dahlan Iskan telah merasuk ke jiwanya, semangat pantang menyerah, melawan arus yang lazim tapi untuk kebaikan.

Menunggu adalah waktu yang melelahkan. Menunggu kepastian kedatangan Dahlan Iskan dan bisa bersalaman atau foto bersama sungguh membutuhkan energy yang luar biasa bagi dia. Jangan-jangan…, yang selalu muncul. Aku paham kata jangan-jangan  itu. Jangan-jangan terlalu ketat pengawalannya, jangan-jangan protokoler, dan lainnya laiknya pejabat lainnya. Jangankan seorang pejabat setingkat menteri, untuk bisa mendekat dan berjabat  tangan dengan pejabat setingkat bupati saja sulitnya bukan main, begitu pengalaman temanku.

Rombongan Dahlan Iskan memasuki pintu gerbang lokasi pembangunan pabrik gula merah putih,  segera dia mengambil posisi untuk menyambut, bersalaman dan mengabadikan gambar tokoh idola. Sibuk banget, dia mengabadikan moment-moment kunjungan kerja Dahlan Iskan. Ceprat-cepret kesana kemari layaknya seorang wartawan professional. Yah, aku mengamati saja tingkah polahnya yang penting aku nanti dapat file dari hasil karyanya, atau paling “wajib”,  aku nanti akan minta mengabadikan gambarku bersama Dahlan Iskan. Benar,  dia bisa membidikku, saat aku berangkulan dengan Dahlan Iskan. Luar biasa,momentnya pun  pas,  bidikannyapun tepat , saat Dahlan Iskan keluar dari kamar kecil, bajak,  bisa berdua. Cepret……. “Wah, benar-benar wartawan professional  dia, gumanku dalam benak.”

Karena terlalu malam aku hanya melihat-lihat gambar-gambar hasil jepretannya. Untuk memindahkannya ke laptop esok saja, karena jam telah menunjuk pada angka 23.45 WIB. Sudah malam besuk harus kerja, kalau ngantuk bisa fatal. Dia berjanji esok akan  membawa hasilnya ke tempat kerja.

Pagi-pagi kawanku ini sudah datang dengan wajah sumringah, meski di  pipi kanannya  masih terlihat jelas bengkaknya. Ditentengnya hasil  bidikannya. Aku pindahkan ke laptop gambar-gambarnya.  Dan sejurus kemudian  dia memamerkan  gambar-gambar Dahlan Iskan pada semua teman kerja di kantor. Diperlihatkan satu persatu-satu, sambil dia bercerita moment dari gambar itu. Mulai dari dia bersalaman tiga kali, tangannya Dahlan Iskan empuk, menteri “edan”, karepe dewe (seenaknya sendiri) tidak protokoler, nyleneh, aneh tapi top, katanya. Dia terus berceloteh tentang Dahlan Iskan dari A sampai Z layaknya seorang pewarta yang mahir dan professional. Ujung-jujungnya,” Besuk 2014  kita pilih Dahlan Iskan jadi presiden!” Tampaknya semua teman mengamini dan meyakini atas ajakannya. Aku yang duduk di sampingnya hanya bisa tertawa geli dalam hati dan berterimakasih padanya. Nah, kena dia, jadi jubirku,  ada “wartawan kampungan”  yang warta-wartanya dituturkan, pada orang di sekelilingnya. Makanya jadi wartawan sungguhan  kayak Dahlan Iskan, sekali tulis,  jutaan orang bisa mengakses…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun