Ambillah sajadah dan peciku, Nak!.
Kutahu kau perlu itu untuk meniru.
Ambillah sajadah dan peciku, Nak!.
Tapi jangan kau agungkan keduanya itu.Â
Ambillah sajadah dan peciku, Nak!.
Jika kau perlu menunjukan identitasmu.
Ambillah sajadah dan peciku, Nak!.
Meski itu tak berhubungan dengan imanmu.
Nak,..
Apa yang kau kenakan, apa yang kau sandangkan hanyalah atribut-atribut yang sama sekali tak ada kaitannya dengan agamamu. Sehingga engkau tak perlu tertipu untuk membakar nafsu amarahmu jika terjadi sesuatu pada pernak-pernik itu.
Nak,..
Agamamu ada di dalam lubuk shodarmu, di bagian terdalam melintasi pintu qolbumu. Jika engkau meyakini, di sana bersemayam Ruh Tuhan dalam pancaran emanasi. Sehingga benda-benda yang kau ambil dari ku tadi, tak perlu kau puja layaknya Tuhan yang kau imani.
Nak,..
Tahanlah emosi dan amarahmu.
Tak perlu kau membabi buta jika atribut agamamu diperlakukan dengan nista. Bahkan jika rumah ibadahmu dibakar dan dihancurkan sekalipun, itu tak menjadikan mulia agamamu menjadi turun.
Tegak berdirinya agamamu, sekuat kau dengan keyakinanmu.
Ambillah sajadah dan peciku itu sebagai identitasmu, anak ku. Namun tetap hormati mereka yang sama maupun beda denganmu.
Semoga disana,..
Engkau mengerti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H