Berjalannya waktu, ada yang mengatakan bahwa Kitab Suci itu fiksi. Kamu anteng-anteng aja. Membiarkannya bahkan membela semata-mata karena dia adalah junjunganmu. Berada sepihak denganmu. Setidaknya dialah yang kamu anggap mendukung pilihan politikmu.
Jangankan berpikir untuk melawan atau memenjarakannya. Bahkan kamu rela kitabmu dinistakan. Yang biasanya kamu  selalu kebakaran jenggot jika ada yang tak sepihak denganmu mengatakan hal semacam itu. Idiot.
Pahamilah bahwa fiksi, faksi maupun non fiksi hanya berlaku untuk karya sastra. Buatan manusia. Kecuali jika kamu sudah mulai berpikir bahwa kandungan Al Quranmu adalah buatan manusia juga. Bukan lagi firman-firman dan wahyu dari Tuhan. Silakan jika demikian.
Sampai suatu pagi saya katakan bahwa dirimu yang berpikir Kitab Suci adalah fiksi sama saja dengan mereka. Kawan-kawan Atheis. Setidaknya pemikirannya. Dan kamu pasti akan ngamuk-ngamuk sedemikian rupa karena merasa berbeda. Sikap semacam Ini kan idiot, namanya.
Duhai sahabat-sahabat Atehis, ajarilah saudara-saudara seimanku  yang bigotri ini. Agar tak berdiri di atas kedua kakinya. Standar ganda dalam beragama. Dipilih-pilih mana yang enak asal sesuai dengan yang disuka. Mendadak tuli dan bodoh asal sejalan dengan pilihan politiknya.
Jika susah bagi kalian mengajari mereka, cemplungin aja ke jurang yang terdalam. Yang penuh semak duri juga enggak apa-apa. Sebagian kami sungguh ikhlas.
Kriiik,...kriiiik,...kriiiik,....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H