Mohon tunggu...
Raditya Riefananda
Raditya Riefananda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penjual Buku Eceran | Founder Aksarapedia.id "Hanya manusia biasa yang gemar menulis. Menulis yang saya bicarakan, berbicara apa yang saya tuliskan. Menulis apa yang saya lakukan, melakukan apa yang saya tuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Poligami dan Spiritualitas Tertinggi

9 April 2018   11:36 Diperbarui: 9 April 2018   11:45 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafis : Olah Pribadi

Saya berbincang dengan salah seorang motivator muda. Sangat muda. Dia bercerita, bahwa seorang pria dapat dikatakan belum mencapai spiritualitas tertinggi jika belum berpoligami. Maksudnya, poligini alias beristri lebih dari satu.

Lawan bicara saya ini, adalah motivator jebolan sebuah akademi yang telah melahirkan banyak pemotivasi di negeri ini. Pendirinya, pun sering nongol di tipi-tipi. You know lah. Saya terus mendengarkan ceritanya.


Ia bertutur, bahwa di akademinya ditekankan hal semacam itu. Untuk memiliki lebih dari satu istri, agar tercapailah spiritualitas tertinggi. Dan enggak sekadar teori, sang empunya akademi pun mencontohkannya. Memiliki lebih dari satu istri juga.


Di sisi yang lain, lawan bicara saya ini tidak tahu. Bahwa saya telah banyak mendengarkan cerita dari rekan motivator se-akademinya, yang gagal dengan konsep spiritualitas tertinggi melalui cara berpoligami itu.


Ada yang memaksa istri pertama untuk menanda tangani dan menyetujui pernikahan dengan wanita lain. Ada yang subuh-subuh meninggalkan istri pertamanya yang sedang hamil muda demi "meminta jatah" pada mantan istri kedua yang udah ditalaknya. "Istri gue lagi hamil muda. Engga bisa ngelayani. Elu harus ngelayanin gue, karena elu masih istri gue!". Damned.


Belum lagi cerita-cerita lain tentang melakukan banyak cara termasuk cekokan dogma-dogma surga untuk "membodoh-bodohi" wanita. Yang intinya demi dapat dinilai oleh sesama rekan motivator di komunitasnya, bahwa dirinya telah mencapai spiritualitas tertinggi.

Lalu saya ambil selembar kertas. Dan saya minta nalarnya memandu untuk mengisi tabel yang saya buat.
Setelah tabel itu terisi, sebuah pertanyaan saya ajukan.

"Jika ada jalan untuk menuju tingkatan spiritualitas tertinggi yang tidak memiliki peluang menyakiti sesama makhluk Tuhan. Apakah dirimu akan mengambil jalan lain dengan tujuan yang sama, tapi berpeluang menyakiti sesama manusia??"


Mendadak dia berdiri dan pamit ke toilet. Mungkin ingin ngobrol sama sabun....

Kriiik,...kriiik,...kriiik,...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun