Konsentrasi kita saat hari nan fitrah biasanya adalah salaing bermaaf-maafan. Membersihkan diri dari segala kesalahan yang pernah dilakukan. Melalui jabat tangan, pesan-pesan yang dikirimkan dan banyak lagi alternatif lain dalam menyampaikan permohona dan ampunan.
Ada yang terlupakan?
Ada!
Menumbuhkan dan membesarkan perasaan cinta.
Pada siapa?!
Mereka yang kita genggam tangan dan hatinya saat bermaafan.
Mungkin kecebong dan kalong akan sangat mudah untuk saling berjabat tangan dan bermaafan. Di lisan dan di tindakan.
Tapi menumbuhkan cinta dan membesarkannya ??.
Akan membutuhkan proses tersendiri agar dapat mengakar di hati.
Berapa banyak dari kita yang bertahan untuk tidak berangkulan karena kedengkian yang harusnya terhapuskan?
Berapa banyak dari kita yang sudah berangkulan namun sedetik kemudian akan kembali diam-diaman?
Berapa banyak dari kita yang kembali diam-diaman dan akan meneruskan kedengkian yang telah terjadi berbulan-bulan?
Ahh,..
Andaikan cinta lebih dulu dihadirkan dalam diri sebelum bermaaf-maafan terjadi, alangkah indahnya jabatan, rangkulan dan tangis-tangisan itu. Bahkan tanpa maaf diminta, kita akan dengan mudah untuk memberikannya.
Andaikan cinta ditumbuhkan setiap hari setelahnya. Jangankan untuk kembali nyinyir dan gontok-gontokan, "membaca saja aku sulit". (y)
Kita sama,
Makhluk pecinta, untuk saling mencinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H