Ada juga guru meminta anak didik merubah pengaturan meja kursi dengan istilah cluster table. Cluster table digunakan ketika siswa diminta untuk bekerja secara berkelompok. Model penataan ini memberikan makna, siswa akan diajak bekerja secara bersama - sama dengan teman kelompoknya.
Cluster table memungkinkan untuk berbagi tugas, menghargai tugas masing-masing dan bertanggung jawab dengan tugas yang sudah diberikan sesama anggota kelompok.
Lalu bagaimana dengan bentuk letter U. Sejatinya bentuk penataan letter U memudahkan guru untuk mengontrol siswa dalam proses belajar. Fokus anak-anak juga lebih baik, karena guru dengan leluasa bergerak mendekati siswanya. Sehingga siswa juga merasa segan jika melakukan gerakan yang mencurigakan dalam hal ini tidak fokus.
Bisa jadi, masih banyak varian dalam penataan meja kursi di ruang kelas. Semua punya kelebihan dan keuntungan masing-masing. Anda sebagai guru juga lebih bisa mengembangkan proses belajar mengajar dengan berbagai varian tersebut. Hasilnya, filosofi mengajar Anda akan terbentuk secara tidak langsung dengan penataan ruang kelas dalam hal ini tata ruang meja dan kursi.
 Penataan Meja Kursi dan Partisipasi
Ada sebuah studi di Jerman dilakukan oleh peneliti terkait penataan tempat duduk dengan partisipasi aktif siswa dengan bertanya (Marx, Fuhrer & Hartig, 1999).
Para peneliti melakukan eksperimen pada 53 kelas Bahasa Jerman dan Matematika di seluruh Jerman selama delapan minggu. Guru mengajar di depan kelas baik duduk maupun berdiri.
Namun, pembedanya adalah penataan tempat duduk siswa yang dibuat dua macam, yaitu model tradisional, baris samping - belakang dan model setengah lingkaran (semacam letter U)
Hasilnya? Bisa kita tebak, penataan dengan setengah lingkaran membuat anak lebih aktif bertanya dibandingkan dengan model tradisional. Sebenarnya lumrah, karena siswa lebih mudah terpantau oleh guru. Begitu pula sebaliknya, siswa juga mudah memperhatikan guru, karena ada space yang cukup untuk memperhatikan guru mengajar. Anak lebih fokus.
Sedangkan model penataan tradisional, bentuk kolom-baris memungkinkan bagian belakang tidak terlalu terpantau oleh guru. Hasilnya anak juga tidak memperhatikan secara full, sehingga mengurangi minat dan semangat belajar.
Hal ini juga dibuktikan melalui penelitian di atas, model tradisional hanya mengaktifkan siswa pada posisi segitiga baris dari depan ke tengah sebagai pucuk segitiganya. Artinya, siswa yang aktif hanya pada posisi depan dan tengah, itupun tengah pinggir kiri dan kanan belum maksimal aktifnya.