" Filosofi pendidikan seorang guru akan tercermin dari penataan ruang kelas. Tidak ada penataan ruang kelas yang ideal untuk semua kegiatan." (Robert Sommer)
Ruang kelas di Indonesia umumnya berbentuk persegi panjang, mungkin di seluruh dunia juga akan sama. Kapasitas diisi sesuai dengan kondisi masing-masing di sekolah tersebut. Lumrahnya di Indonesia berkisar 25 - 36 siswa. Bisa jadi ada yang lebih sedikit dari itu.
Ruang kelas yang baik tentu harus punya standar kenyamanan untuk berada di dalamnya dalam jangka waktu yang lama. Sirkulasi udara yang baik, penerangan yang baik, sarana yang memadai di dalamnya serta kebersihan yang diperhatikan setiap hari.
Berkaitan dengan sarana tentu bisa kita jabarkan sebagai berikut, meja, kursi, lemari , jam dinding, sapu, serok sampah, tempat sampah, kemoceng, sebagian juga sudah tetpasang infokus (proyektor) dan lain sebagainya.
Ketika dihadapkan dengan berbagai macam sarana tersebut, kita sebagai pengajar tentu diberi keleluasaan untuk mengaturnya. Bila Anda sebagai wali kelas, Anda punya hak prerogatif menata kelas bersama anak didiknya. Â Sebagus mungkin, sekreatif mungkin.
Jika Anda hanya berlaku sebagai guru, Anda tidak punya keleluasaan mengatur ruang kelas yang sudah ada wali kelasnya. Anda hanya punya pengaruh merubah penataan meja dan kursi sebagai representasi bagaimana Anda akan mengajar di kelas tersebut.
Ruang Kelas dan Proses Belajar Mengajar
Ruang kelas yang nyaman membantu guru dalam mengembangkan proses belajar mengajar. Penataan kursi dan meja menggambarkan filosofi cara mengajar Anda.
Umumnya kita melihat penataan meja dan kursi secara berbaris lurus ke samping dan lurus ke belakang. Siswa menghadap ke depan, memperhatikan guru dan pandangan tertuju pada papan tulis maupun layar proyektor.
Bentuk seperti ini tentu akan memberikan makna bahwa semua perhatian siswa tertuju pada guru. Siswa mendengarkan, guru menyampaikan. Konsep ini sering digunakan dari jaman dulu bahkan sampai sekarang.