Hari ini ada diskusi menarik antara saya dengan guru muda yang mengomentari karateristik dan gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Disclaimer dulu, ini bukan konteks ngrasani kepala sekolah ya, cuma sekedar diskusi sederhana duduk - duduk di ruang guru. Walaupun kepemimpinan siapapun dan dimanapun akan jadi perbincangan anak buahnya.
Di instansi apapun, instansi kedinasan, perusahaan bahkan negara sekalipun. Jadi ya wajar saja, untuk lingkup organisasi yang kecil semacam sekolah juga akan muncul perbincangan seperti ini.
Sebagai guru muda tentu penasaran terkait sistem manajerial yang dibangun di sekolah. Saya tanya dulu kepada guru tersebut, "sebelumnya paham ndak definisi secara ringan antara manajer dan leader?"
"Bukannya sama pak.", kata guru muda tersebut.
Nah, disinilah letak masalah pemahaman makna keduanya. Walaupun dalam aturan perundangan, jabatan kepala sekolah adalah sebuah manajer. Tentu tidak akan lepas dengan sikap leadership. Apa yang ditunjukkan oleh kepala sekolah, nanti dapat  dianalisis secara mandiri, apakah kuat secara manajerial atau leadership nya?
Dalam diskusi dunia manajerial dan leadership, seorang good manajerial belum tentu mempunyai good leadership. Begitu pula dengan jabatan kepala sekolah, tidak semua kepala sekolah yang punya tata kelola sekolah yang baik adalah seorang leader yang baik. Mengapa demikian?
Manajer
Manajer adalah orang yang berperan sebagai perencana, pengelola, pengawas dan pengevaluasi sebuah sistem yang dijalankan dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Manajer cenderung mengelola sumber daya dengan kepemimpinan transaksional. Transaksional berarti ada sistem reward dan punishment. Ada sistem penghargaan bagi yang berprestasi, ada teguran jika kurang dari target yang ditetapkan.
Dalam hal pengambilan keputusan, seorang manajer cenderung mengelola sebuah resiko kegagalan bahkan cenderung menghindari. Oleh karena itu, manajer mengontrol proses berjalan sebuah sistem untuk menghindari dan meminimalisir resiko-resiko yang muncul dari sebuah sistem.
Dengan konsep pengelola resiko tersebut, manajer cenderung nyaman berada pada zona aman. Tidak terlalu tertantang dengan perubahan. Yang penting proses yang sudah dibangun berjalan sesuai dengan prosedur dan target waktu yang direncanakan.