Mohon tunggu...
ibnu sulaiman arrumy
ibnu sulaiman arrumy Mohon Tunggu... -

pemerhati pendidikan politik yang penuh cinta dan anti paham "predator-kanibal" transnasional

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Konsep Dasar Menulis Karya Ilmiah

2 April 2015   10:49 Diperbarui: 4 April 2017   18:21 29494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

KONSEP DASAR MENULIS KARYA ILMIAH

Imam Mas Arum

A.Pendahuluan

Mahasiswa memiliki ruang di setiap semester untuk menulis karya ilmiah. Karya ilmiah sering menjadi masalah tersendiri bagi mahasiswa. Permasalahannya bukan pada sedikit-banyaknya tugas menulis yang diberikan oleh dosennya, melainkan bagaimana tatacara penulisannya yang baik dan benar. Diantara karya ilmiah yang mereka harus tulis selama perkuliahan diantaranya, makalah, proposal penelitian, proposal skripsi, laporan penelitian dan sebagainya.

Sebagaimana dipahami bahwa kegiatan menulis ilmiah adalah bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Pada setiap semester mereka harus menulis karya ilmiah dalam berbagai bentuk dalam setiap matakuliah yang mereka tempuh. Dengan demikian mereka diharapkan akan memiliki wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai apa yang disebut dengan karya ilmiah dan bagaimana tatacara penulisannya.

Namun, dalam menghadapi tugas menulis di atas, banyak mahasiswa yang masih menganggapnya sebagai beban berat. Anggapantersebut timbul karena kegiatan menulis memang meminta banyak tenaga, waktu, serta perhatian yang sungguh-sungguh. Di samping itu menuntut keterampilan yang kadang-kadang tidak dimiliki oleh mahasiswa. Ada pula kelompok yang meragukan kegunaannya, apalagi jika tugas menulis itu dikaitkan dengan dengan mata kuliah yang bukan mata kuliah di bidangnya.

Dalam praktik penlisan tugas ilmiah tersebut, mahasiswa selalu berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menulis dengan baik. Di satu sisi ada mahasiswa yang sangat tekun dan berusaha dengan banyak bertanya, dan membaca berbagai literatur serta rajin ke perpustakaan untuk menghasilakan sebuah karya tulis. Namun sayangnya, sebagian yang lain hanya potong kompas (short cut) untuk mendapat sebuah tulisan, baik dengan copy paste (copas) tugas teman maupun sekedar copas dari internet, tanpa menambah atau merubah sedikit pun tulisan tersebut. Hal ini terjadi tentu dikembalikan kepada individu masing-masing mahasiswa, mereka menempatkan tugas menulis karya ilmiah itu sebagai sebuah kewajiban ilmiah atau beban ilmiah.

Pada makalah ini, penulis mencoba memberikan pemahaman konsep dasar hakikat menulis karya ilmiah. Harapan penulis tentu makalah ini dapat menjadi guidance, petunjuk bagi mahasiswa untuk memahami konsep dasar karya ilmiah dan bagaimana tatacara penulisannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan bahasa selingkung di perguruan tinggi.

B.Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah hasil pemikiran seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan penengatahuan orang sebelumnya(Setiawan, 2010 : 51).

Dalam wacana yang lain dijelaskan bahwa karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah pada suatu disiplin ilmu tertentu yang disusun secara sistematis, ilmiah, logis, benar dan bertanggung jawab, serta menggunakan bahasa yang baik dan benar3. Jadi, karya ilmiah ditulis bukan sekedar untuk mempertangungjawabkan penggunaan sumber daya penelitian (uang, bahan, dan alat), tetapi juga untuk mempertanggungjawabkan penulisan karya ilmih tersebut secara teknis dan materi. Hal ini terjadi karena suatu karya ilmiah dibaca dan dipelajari oleh orang lain dalam kurun waktu yang tidak terbatas sebagai sarana mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Akhadiah, 1991: 24).

Karya ilmiah memenuhi syarat-syarat keilmiahan pada suatu ilmu tertentu yang dikuasai oleh penulisnya. Hasil penulisan ilmiah harus bersifat sistematis artinya disusun dalam suatu urutan teratur, sehingga pembaca mudah memahami hasil penulisan tersebut. Tulisan ilmiah juga harus disusun secara logis dan benar. Oleh karena itu, untuk mencapai keilmiahan yang logis dan benar itu, seorang penulis karya ilmiah harus memiliki landasan teori yang kuat. Landasan teori yang kuat akan menyebabkan keilmiahan yang ditampilkan tidak menyimpang dari suatu disiplin ilmu tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Akhadiah, 1988: 20).

Pertanggungjawaban ilmiah tidak hanya berkaitan dengan susunan (teknis) penulisannya. Penyusunan karya ilmiah harus memenuhi kaidah, antara lain: (1) penyebutan sumber tulisan yang jelas. Jika penyusun karya ilmiah mengutip pendapat orang lain, maka sumber kutipan itu harus disebutkan dengan jelas dan lengkap; (2) memenuhi kaidah penulisan kata, frasa, dan kalimat yang sesuai dengan bahasa yang baik dan benar(Wardani, 2007: 20).

C.Ciri-ciri Karya Ilmiah

Karya ilmiah menggunakan bahasa keilmuan, yaitu ragam bahasa yang menggunakan istilah-istilah keilmuan yang khusus dan hanya dapat dipahami oleh pakar pada bidang tertentu. Oleh karena itu penulis karya ilmiah hendaknya mengambil topic permasalahan karya ilmiah nya sesuai bidang yang ditekuni agar hasil karya-karya ilmiahnya dapat lebih terperinci dan mendalam.

Ciri-ciri bahasa keilmuan sebagai media karya ilmiah antara lain :

1.Reproduktif, artinya bahwa maksud yang ditulis oleh penulisnya diterima dengan makna yang sama oleh pembaca.

2.Tidak ambigu, artinya tidak bermakna ganda akibat penulisnya kurang menguasai materi atau kurang mampu menyusun kalimat dengan subjek dan predikat yang jelas.

3.Tidak Emotif, artinya tidak melibatkan aspek perasaan penulis. Hal-hal yang diungkapkan harus rasional, tanpa diberi tambahan pada subjektifitas penulisnya.

4.Penggunaan bahasa baku dalam ejaa, kata, kalimat dan paragraf. Penulis harus menggunakan bahasa mengikuti kaidah tatabahasa agar tulisannya tidak mengandung salah tafsir bagi pembaca.

5.Penggunaan istilah keilmuan, artinya penulis karya ilmiah harus mempergunakan istilah-istilah keilmuan bidang tertentu sebagai bukti penguasaan penulis terhadap ilmu yang tidak dikuasai oleh penulis pada bidang yang lain.

6.Bersifat dekoratif, artinya penulis dalam karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang hanaya memiliki satu makna.

7.Rasional, artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis, alur pemikiran yang lancer, dan kecermatan penulisan.

8.Ada kohesi antarkalimat pada setiap paragraf  dalam setiap bab.

9.Bersifat straightforward atau langsung ke sasaran. Tulisan ilmiha hendaknya tidak berbelit-belit, tetapi langsung ke penjelasan atau paparan yang hendak disampaikan kepada pembaca.

10.Penggunaaan alimat efektif, artinya kalimat itu padat berisi, tidak berkepanjangan (bertele-tele), sehingga makna yang hendak disampaikan kepada pembaca tepat mencapai sasaran(Rahayu, 207 : 50).

D.Syarat-syarat Ilmiah

Sebuah karya ilmiah dikatakan sebagai tulisan ilmiah  apabila memenuhi syarat-syarat penulisan ilmiah sebagai berikut :

1.Komunikatif, artinya uraian yang disampaikan dapat dipahami pembaca.

2.Kata dan kalimat yang disusun penulis hendaknya bersifat denotatif, sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembacanya.

3.Bernalar, artinya tulisan itu harus sistematis, berurutan secara logis, ada kohesi dan koherensi, dan mengikuti metode ilmiah yang tepat, dipaparkan secara objektif, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.

4.Ekonomis, artinya kata atau kalimat yang ditulis hendaknya diseleksi sedemikian rupa sehingga tersusun secara padat berisi.

5.Berdasarkan landasan teoritis yang kuat, artinya suatu hasil karya ilmiah bukan subjektifitas penulisnya, tetapi harus berlandaskan teori-teori tertentu yang dikuasai secara mendalam oleh penulis.

6.Tulisan harus relevan dengan ilmu tertentu, artinya tulisan harus ditulis oleh seseorang yang menguasai suatu bidang ilmu tertentu.

7.Memiliki sumber penopang mutakhir, artinya tulisan ilmiah harus menggunakan landasan teori berupa teori mutakhir (terbaru).

8.Bertanggung jawab, artinya sumber data, buku acuan dan kutipan harus bertanggung jawab dengan menyebutkan sumber tulisan dalam karya ilmiahnya(Suparno dan M Yunus, 2007: 20).

E.Bahasa Baku dalam Karya Ilmiah

Dalam penulisan karya ilmiah, hal yang tidak boleh dilupakan adalah penggunaan bahasa baku. Bahasa baku merupakan ragamm bahasa orang yang berpendidikan, yaitu bahasa dunia pendidikan.

Menurut Parera (1993 : 35) bahasa baku memiliki tiga sifat utama, antara lain adanya kemantapan dinamis, ini diwujudkan melalui kaidah aturan kebahasaan yang bersifat tetap. Namun, kemantapan bahasa baku juga bersifat dinamis artinya bahasa baku masih memungkinkan adanya perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosa kata dan peristilahan serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan dalam kehidupan modern.

Sifat kedua yang menandai bahasa baku adalah  sifat kecendikiaannya. Kecendikian bahasa berwujud melalui penyusunan kalimat, pargraf, dan kesatuan bahasa yang lebih besar yang menunjukkan penalaran dan pemikiran yang logis, teratur dan masuk akal. Proses kecendikiaan bahasa itu penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber dari bahasa asing, harus dapat dilangsungkan lewat buku bahasa Indonesia.

Sifat ketiga, yang menandai  bahasa baku adalah sifat penyeragaman kaidah. Ada kaidah-kaidah bahasa yang bersifat tetap, berlaku resmi untuk semua kepentingan resmi, dan dipahami secara sama oleh pengguna bahasa baku.

F.Penulisan Daftar Pustaka

Daftar Pustaka adalahdaftar bacaan yang disarankan untuk dibaca dan tidak diacu dalam tulisan, baik dalam tesis/disertasi/laporan, tetapi sekedar untuk memperluas wawasan bagi mereka yang ingin mengetahuinya lebih lanjut. Pada bagian akhir sebuah tulisan ilmiah sudah dibakukan tersajinya daftar acuan yang dipakai dalam menyusun naskah karangan. Daftar pustaka  merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya yang dikutip, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-bahan yang dibaca, tetapi tidak dikutip tidak dicantumkan dalam daftar acuan, sedangkan  semua sumber yang dikutip secara langsung ataupun tidak langsung dalam teks harus dicantumkan dalam daftar pustaka.

Akhadiah (1991 : 87) menjelaskan bahwa pada umumnya, unsur yang ditulis dalam daftar acuan secara berturut-turut meliputi (1) nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan, (3) judul, termasuk anak judul (subjudul), (4) kota tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit, halaman  (volume dan nomor halaman untuk jurnal). Unsur-unsur tersebut dapat bervariasi bergantung jenis sumber pustakanya.

1.Acuan dari Buku

Buku yang berisi satu karangan dan ditulis oleh  satu atau lebih dari satu orang. Penulisan acuan disusun sebagai berikut: Nama penulis ditulis di depan diikuti dengan tahun penerbitan. Judul buku dicetak miring, dengan huruf besar pada awal setiap kata, kecuali kata hubung. Edisi atau jilid/cetakan dalam kurung (jika ada). Tempat penerbitan dan nama penerbit dipisahkan dengan titik dua (:)

Contoh:

Faizal, S. 1992. Format-Format Penelitian Sosial: Dasar-Dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press.

Beberapa buku dengan penulis yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama. Nama penulis ditulis di depan, data tahun penerbitan diikuti oleh lambang a, b, c, dan  seterusnya, yang urutannya ditentukan secara kronologis atau berdarsarkan abjad judul buku-bukunya.

Contoh:

Cornet, L. & Weeks, K. 1985a. Career Ladder Plans: Trends and Emerging Issues. Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.

Cornet, L. & Weeks, K. 1985b. Planning Career Ladders: Lessons from the States. Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.

2.Buku yang berisi kumpulan artikel (Ada editornya)

Penulisan acuan sama dengan penulisan acuan dari buku ditambah  dengan tulisan (Ed.) jika ada satu editor dan (Eds.) jika editornya lebih dari satu, di antara nama penulis dan tahun penerbitan.

Contoh:

Letheridge, S. & Cannon, C.R. (Eds.). 1980. Bilingual Education: Teaching English As A Second Language. New York: Praeger.

Aminuddin (Ed.). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.

3.Acuan dari Artikel dalam Jurnal

Nama penulis ditulis paling depan diikuti tahun penerbitan dan judul artikel yang   ditulis dengan cetak biasa, dan huruf besar pada setiap awal kata. Nama jurnal ditulis dengan cetak miring, dan huruf awal dari setiap katanya ditulis dengan huruf besar kecuali kata hubung. Bagian akhir ditulis berturut-turut  tahun ke berapa atau volume (kalau ada), nomor berapa (dalam kurung), dan nomor halaman dari artikel tersebut.

Contoh:

Ahmad, S. 1994. Peranan Ibu dalam Mempersiapkan Generasi Pembangunan Abad XXI. Bungawellu: Jurnal Kajian Wanita,1(1), 1 - 22.

4.Acuan dari Internet

a)Artikel dalam jurnal

Nama penulis ditulis seperti acuan dari jurnal cetak, diikuti secara berturut-turut oleh tahun, judul artikel, nama jurnal dicetak miring dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber acuan disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.

Contoh:

Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id, Diakses 20 Januari 2000).

b)Karya Individual

Nama penulis ditulis seperti acuan  dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh tahun, judul karya dicetak miring dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan alamat sumber acuan disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.

Contoh:

Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-95: The Calm before the Storm (Online),(http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, Diakses 1Juni 1996).

c)Bahan Diskusi

Nama penulis ditulis seperti acuan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut  oleh tanggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi, nama bahan diskusi dicetak miring, dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan alamat e-mail sumber acuan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.

Contoh:

Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETTRAIN Discussion List,(Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, Diakses 22 November 1995).

d)E-mail Pribadi

Nama pengirim (jika ada) ditulis paling depan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti secara berturut-turut oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (dicetak miring), nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirimi).

Contoh:

Naga, Dali. S. (ikip-jkt@indo.net.id). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali  Saukah (jippsi@mlg.ywcn.or.id).

5.Acuan Artikel dalam Jurnal dari CD-ROM

Penulisannya pada daftar acuan sama dengan acuan dari artikel dalam jurnal cetak ditambah dengan penyebutan CD-Romnya dalam kurung.

Contoh:

Krashen, S., Long, M. & Scaecella, R. 1979. Age, Rate and Eventual Attainment in Second Language Acquisition. TESOL Quarterly, 13:573-82 (CD-ROM Quarterly-Digital, 1997).

6.Acuan dari Karya Terjemahan.

Nama penulis asli ditulis paling depan, diikuti tahun penerbitan karya asli (kalau tahun tidak tercantum ditulis "tanpa tahun", judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan.

Contoh:

Berg, A. & Muscat, R. 1975. Faktor Gizi. Terjemahan oleh Sediaoetama, A. D. 1987. Jakarta: Bhratara Karya.

Boserup, E. 1970. Peranan Wanita dalam Perkembangan Ekonomi. Terjemahan oleh Joebhaar,M. & Sunarto. 1984. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

7.Acuan dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi

Nama penyusun paling awal, diikuti tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi atau disertasi dicetak biasa diikuti dengan pernyataan  Skripsi, Tesis atau Disertasi dicetak miring, kemudian pernyataan  Tidak diterbitkan.  Nama kota tempat perguruan tinggi, dan nama fakultas serta nama perguruan tinggi.

Contoh:

Pangaribuan, T. 1992.  Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Pembelajar Bahasa Inggris di LPTK. Disertasi. Tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana IKIP Malang.

8.Acuan dari Buletin

Nama penulis diikuti tahun penerbitan, judul artikel, kemudian nama Buletin

dicetak miring, dan nomor terbitan, tahun keberapa, dan halaman artikel.

Contoh:

Suyono, H. 1994. Membangun Keluarga Sejahtera Ikut Mengentaskan Kemiskinan. Buletin KB Nasional,  No. 2 . Tahun I, 3 - 4.

9.Acuan dari Laporan

Nama laporan ditulis paling awal, diikuti tahun, judul  artikel, kota penerbitan,

nama lembaga yang menerbitkan (mengeluarkan laporan).

Contoh:

Population Report. 1995. More Evidence in the Cancer Debate. Baltimore, MD: The Johns Hopkins School of Hygiene and Public Health, Population Information Programs, Center for Communication Programs.

10.Acuan dari Prosiding/Risalah

Penulisan identitas acuan dimulai dengan nama penulis, diikuti tahun, judul artikel. Diikuti kata "Dalam" kemudian nama penyunting atau editor (kalau ada), nama prosiding/ risalah dicetak miring, nomor halaman artikel  dalam kurung, kota tempat berlangsungnya kegiatan, dan lembaga penyelenggara kegiatan  (atau kota penerbitan dan nama penerbit).

Contoh:

Achir, Y. A. & Wirosuhardjo, K. 1995.  Pengembangan Sikap Menyukai Makanan Tradisional Melalui Pendidikan. Dalam F. G. Winarno., N. L. Puspitasari. & F. Kusnandar, (Eds.) Prosiding Widyakarya Nasional Khasiat Makanan Tradisional (259-264). Jakarta: Kantor Menteri Negara Urusan Pangan RI.

11.Acuan dari Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, Lokakarya

Nama penyusun ditulis paling awal, diikuti tahun penyajian, judul makalah, diikuti pernyataan Makalah disajikan dalam (nama pertemuan dicetak miring), lembaga penyelenggara, tempat, dan tanggal penyelenggaraan.

Contoh:

Suhardjo. 1992. Pengorganisasian Pengajaran Berdasar Teori Elaborasi. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pendidikan dan Kongres II Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia. IKIP Malang, Malang, 17 - 19 November.

12.Acuan dari Dokumen Resmi Pemerintah tanpa nama Penulis

a)Dokumen yang Diterbitkan oleh suatu Penerbit Tanpa Lembaga
Judul atau nama dokumen ditulis paling awal dengan cetak miring, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit, dan nama penerbit.

Contoh:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 1989. Jakarta: PT Kresiasi Jaya Utama.

b)Dokumen yang Ditulis Atas Nama Lembaga dengan atau Tanpa Penerbit

Nama lembaga penanggungjawab ditulis paling awal, diikuti dengan tahun, judul karangan yang dicetak miring, nama tempat penerbitan, dan nama lembaga yang bertanggungjawab atas penerbitan karangan tersebut, atau nama penerbit (kalau ada)

Contoh:

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1992. Undang-Undang  Republik Indonesia  Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1991 tentang Pendidikan Tinggi. Jakarta: Balai Pustaka.(Parera, 1993: 34 – 40)

Sebagai catatan, kaidah penulisan daftar pustaka dalam penulisannya tetap mengacu pada bahasa selingkung di perguruan tingi masing-masing. Maksudnya, bahwa setiap perguruan tinggi memiliki acuan tersendiri yang biasanya tercantum di dalam buku panduan penulisan skripsi, tesis maupun disertasi. Dengan demikian mahasiswa dalam penulisan notasi ilmiah maupun daftar pustaka harus berpegangan dari buku acuan tersebut. Adapun kaidah di atas adalah kaidah umum yang bisa dipakai diberbagai perguruan tinggi.

G.Penutup

Demikian makalah ini ditulis untuk memberikan gambaran tentang konsep dasar dalam penulisan karya ilmiah. Konsep dasar di atas walaupun belum lengkap dan detail, setidaknya dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa dalam menulis karya ilmiah. Wawasan yang diperoleh dari makalah ini setidaknya juga mampu memberikan ruang cakrawala bagi mahasiswa untuk lebih memahami hakikat karya ilmiah dan berbagai hal yang ada di dalamnya.

Konsep dasar ini secara husus diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi mahasiswa, khususnya peserta workshop penulisan makalah ini. Materi ini masih bersifat pengantar, dan selebihnya dapat diperdalam pada masalah teknis penulisan makalah pada sesi lain yang disampaikan oleh pemateri  yang berbeda. Terima kasih.

Daftar Pustaka

Akhadiah, Sabarti. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

________, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

J.D. Parera. 1993. Bahasa Indonesia Sebagai Matakuliah Dasar Umum. Jakarta: Erlangga.

Keraf, Gorys. 1978. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende: Nusa Indah.

Minto Rahayu. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT. Grasindo.

Setiawan, Budhi. 2010. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Salatiga: Widyasari Press.

Suparno dan M. Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun