Soal cita-cita terkait profesi diriku, memanglah fluktuatif sejak duduk di bangku SD dulu. Mulanya ku ingin dokter, kemudian jadi tentara. Impian yang kedua ini berlangsung cukup lama, hingga Kelas 2 SMA. Lantas putar haluan lagi, ingin menjadi jurnalis. Saat detik-detik kelulusan SMA, malah ingin merasakan jadi abdi negara alias PNS di lembaga pemerintah. Alhamdulillah, impian terakhir saat ini terwujud. Namun, namanya juga manusia. Hati memang mudah dibolak-balik. Setelah sekitar 6 tahun terakhir menjalani pekerjaan jadi PNS, ku koq malah ingin yang lain. Bukannya rakus atau tak pandai bersyukur, sama sekali tidak! Ku paham bahwa masih banyak orang yang tidak seberuntung aku. Namun justru sebagai letupan rasa syukur atas segala potensi diri dan segala hal yang ku miliki saat ini, ku kini dihantui impian menjadi pengusaha(entrepeneur)muslim sukses dan segera mengakhiri masa menjadi orang gajian (seperti sekarang). Alasan ku ingin menjadi pengusaha terbilang kompleks, meski tidak banyak. PERTAMA, ku ingin merasakan kebebasan waktu. Terus terang, jadi karyawan cukup menyita waktu bersama keluarga dan bahkan terkadang ibadah. Apalagi dalam posisiku sekarang sebagai staf protokoler Bupati, harusready24 jam. Sewaktu-waktu ada acara (hari apapun dan jam berapapun), maka aku harus berangkat tugas. KEDUA, aku ingin juga merasakan kebebasan finansial. Hal ini sesungguhnya sering disinggung saat ikut MLM dulu, bersandar pada teori Robert T. Kiyosaki. Jadi aku merasa energi dan pikiran yang kukeluarkan selama ini di tempat kerja tak sebanding dengan kompensasi finansial yang kudapat. Apalagi sebagai PNS, “dalih” mengabdi pada negara membuatku tak banyak mempersoalkannya. Tapi faktanya, ku merasakan hari-hari ke depan butuh kemampuan finansial yang bagus jika ingin tampil menjadi pemenang. Contohnya, biaya kuliah makin melambung saja. Belum kebayang bagaimana nanti saat aku harus menyekolahkan anak. Selain itu, kebebasan finansial menurutku mampu memaksimalkan ibadah. Menyumbang kaum dhuafa dan naik haji tentu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang kaya. KETIGA, melaksanakan sunnah Rasulullah. Bukankah beliau seorangentrepeneur? Dan aku ingat betul pesan beliau bahwa 90% rizki Allah itu ada pada aktifitas berdagang. Hmmm… kalau (hanya) jadi PNS terus, maka aku hanya sibuk mendulang yang 10% saja. Tentunya impian-impian hidup bisa dibayangkan, bakal jauh panggang dari api. Tetap jadi PNS dan jadi kaya raya sih bisa saja, tapi ya harus gitu … Mau korupsi dan merekayasa banyak hal (utamanya APBN/ APBD) sehingga bisa memperoleh penghasilan luebih di luar gaji bulanan. Ini yang ingin ku hindari. KEEMPAT, membahagiakan keluarga. Terus terang ku tumbuh dari keluarga yang ekonominya pas-pasan (namun ku bersyukur pada Allah, orang tua mampu memberikan pendidikan yang layak kepada ku). Hingga hari ini, aku melihat anggota keluarga ku (saudara kandung, sepupu, paman) berpenghasilan minim. Bahkan masih ada yang menganggur, kerjanya serabutan. Nah… dalam benak, jika ku nanti punya usaha yang sukses, setidaknya aku mampu membantu mereka lepas dari keprihatinan dan menghadirkan bahagia. KELIMA, memberdayakan ummat. Jujur saja, aku melihat banyak fenomena dimana seseorang yang makin mendalam mempelajari agama (Islam), justru malah tidak mapan secara ekonomi. Dalihnya katanya hidup sederhana, tapi jika ditelaah jauh justru lebih karena ketidakmampuan. Kaum muslim tak mampu menguasai sektor-sektor vital ekonomi. Dengan jadi pebisnis sukses, setidaknya aku mampu memberikan kontribusi lebih untuk ummat. Itu tadi sekelumit bara api yang sedang memanasi batin. Ya, jadi pengusaha. Semoga Allah ridha dan melapangkan jalan, amiin. [*]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H