Mohon tunggu...
Kang Hermanto
Kang Hermanto Mohon Tunggu... Administrasi - Pemulung Pengetahuan

Penikmat pagi tanpa seduhan kopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Jadi Lilin!

28 Januari 2011   22:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:05 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringatan itu sesungguhnya sering kudengar. Bahkan sangat paham makna dan tujuannya. Ya, benarlah itu. Bahwa kita sepatutnya tak menjadi lilin, mampu menerangi sekitar namun melelehkan diri sendiri. Jangan sampai! [caption id="attachment_87542" align="alignleft" width="300" caption=""][/caption] Falsafah tersebut layak dicamkan oleh para pemuka publik. Presiden, gubernur, walkota, bupati, kyai, ulama, habaib, ustadz dan sederet figur lain yang ditokohkan oleh masyarakat. Mereka adalah lentera bagi cerahnya peradaban ummat, pemberi kabar gembira dan penguntai nasehat bagi kerontangnya kebaikan di lingkungan sekitar. Seperti kita tahu, orang-orang itulah yang selama ini banyak berbicara di depan khalayak. Mereka sukses membawa kebaikan bagi orang banyak. Namun sayang di balik kegemilangan yang mereka miliki di muka publik, ternyata masih menyisakan fakta yang ironis. Ujung-ujungnya, kenyataan tersebut tak layak diteladani. Lihat saja berapa banyak anak pejabat yang tersangkut persoalan narkoba dan tindak kriminal lainnya. Anak sejumlah ulama juga banyak didapati yang tak mampu menampilkan profil muslim yang baik seperti ayahnya. Tak cukup itu, kegagalan rumah tangga yang berbuah perceraian juga kerap dipertontonkan oleh para penghulu ummat itu. Miris. Ini peringatan bagi kita semua. Kalau saja kita tak termasuk yang disebutkan di muka, minimal kita adalah orang sibuk. Sibuk bekerja, berbisnis dan lain sebagainya. Tak jarang pula kita harus lama meninggalkan rumah, menembus batas kota. Dalihnya, membahagiakan keluarga dengan memburu harta berlimpah. Atau pula mengabdikan diri sepenuh hati untuk ummat, memberi kebaikan kepada sesama. Namun, sekali lagi, petut kita tekankan di dalam diri. Jangan sampai semua aktifitas itu menggusur waktu kita untuk membina keluarga. Mendidik dan menyiapkan generasi mendatang yang harus jauh lebih baik dari kita sendiri. Maka, saatnya kembali berpaling. Kepada istri dan segenap buah hati. Membersamai mereka dalam menapaki hari esok dengan segenap jiwa. Ingat. Persoalan bangsa bermula dari persoalan di tengah masyrakat. Persoalan di masyarakat berasal dari persoalan dalam keluarga. Dan persoalan di keluarga tak lepas dari peran diri kita! [*]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun