Mohon tunggu...
Buhori
Buhori Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati Pendidikan

Saya seorang yang sangat menyukai acara-acara humor bahkan sering menongkrongi konten-konten humor sampai berjam-jam, sehingga konten-konten ini sangat mempengaruhi saya untuk menjadi orang yang humoris, tertawa bersama bahkan sampai mentertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Haul Alm. Kh. Abdul Hannan As`Ad Ke-24: Mengenang Sang Murobbi

2 Mei 2023   21:59 Diperbarui: 2 Mei 2023   22:02 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak dinyana, pertemuan itu menjadi pertemuan terkahir saya bersama beliau di kehidupan dunia ini. Beliau wafat, menghadap sang ilahi setelah shalat Jum`at, 11 syawwal 1419 H/ 28 Januari 1999 M, sementara saya baru kembali ke pesantren esok harinya, Sabtu 12 Syawwal 1419 H.

Secara pribadi saya meyakini bahwa perhatian seorang guru sejati kepada santrinya tidak akan pernah lekang oleh waktu, kendatipun beliau telah dipanggil oleh sang ilahi. Banyak pengalaman-pengalaman pribadi yang saya rasakan, termasuk juga banyak santri dan alumni yang lain, yang mengindikasikan "kehadiran" dan perhatian yang beliau berikan. Tentu hal ini sangat bersifat subjektif dan tidak dapat diceritakan secara rinci dalam tulisan ini.

Di antara pengalaman pribadi dan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya adalah perjumpaan dengan beliau, sekalipun di alam mimpi. Seingat saya, dulu sejak saya boyong, kemudian lanjut studi S1 di Pontianak, kerap kali saya bermimpi "nyantri" kembali kepada beliau, dan seakan beliau masih tetap ada dan menjadi pengasuh pensatren. Ternyata di belakang waktu isyarat itu "menjadi nyata". Tahun 2009-2011 saya kembali lagi mengenyam pendidikan di Malang dan tinggal di Desa Ganjaran, dan saat ini, tepatnya sejak November 2022 yang lalu, saya kembali lagi ke Kota yang sama untuk melanjutkan studi dan "nyantri lagi kepada beliau".

Terakhir, tak lama sekembali dari Malang, selepas menyelesaikan studi S2 di sana, tepatnya pada tahun 2011, saya memperoleh pengalaman pribadi yang selalu saya ingat. Suatu pagi, saya baru saja terlelap dalam tidur, tiba-tiba beliau hadir ke hadapan saya dan minta diperlihatkan ijazah dan transkrip nilai saya. Setelah melihat dan mengamatinya, beliau dawuh kepada saya; "iyeh, terros agi" (iya, terus lanjutkan). Seketika saya kaget dan terbangun dari tidur. Kala itu, dalam hati saya meyakini bahwa beliau memberikan amanah kepada ku untuk terus lanjut studi ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh karenanya, saya belum berani menuliskan atau menceritakan hal ini kepada siapapun selama bertahun-tahun dan hanya menjadikan komitmen dalam diri, sebelum menjalankan amanah ini, hingga akhirnya saya baru bisa menjalankan amanah yang beliau "dawuh" kan ini sejak beberapa bulan yang lalu.

Pada Haul ke 24 kali ini, kami berharap dapat selalu meneladani kehidupan beliau, dan diakui sebagai santrinya dan semoga kelak di akhirat dibangkitkan kembali bersama beliau dalam kelompok orang-orang yang shalih yang dikasihi Allah SWT Rubbul Izzah. Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun