Mohon tunggu...
khang Hanna
khang Hanna Mohon Tunggu... Administrasi - Man Jadda Wajada "Barang siapa bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil"

Selamat datang di blog kami semoga informasi-informasi kami bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Undangan Penuh Dilema Antara Luka dan Syukur

24 Mei 2024   21:39 Diperbarui: 24 Mei 2024   22:17 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Undangan Penuh Dilema: Antara Luka dan Syukur

*Saya* seorang warga biasa
*Si ibu* seorang anggota legislatif

Jadi gini ceritanya :

Setelah menyelesaikan aktivitas hari ini .  tiba-tiba salah satu   teman dan beberapa kerabat saya menghubungi saya.

Mereka menyampaikan pesan dari si ibu , si ibu  adalah  seorang anggota legislatif di daerah saya, yang mengundang saya untuk menghadiri acara syukuran atas keberangkatannya umroh.

Perasaan saya berkecamuk. Di satu sisi, saya merasa senang karena si ibu ini akan menunaikan ibadah umroh. Di sisi lain, rasa ragu dan penasaran menyelimuti hati. Bagaimana mungkin dia mengundang saya, padahal hubungan kami sedang renggang akibat perbuatannya yang menyakiti hati saya?

Beberapa bulan lalu, si ibu ini membuat keputusan yang tidak adil berdampak negatif serta memicu kemarahan dan kekecewaan bagi  saya. Saya pernah mencoba mau bermusyawarah, namun dia tidak menggubrisnya. Hal ini membuat saya merasa terluka dan kecewa.

Meskipun begitu, saya tidak ingin menolak undangan si ibu secara mentah-mentah. Saya ingin mengetahui apa maksudnya mengundang saya, dan apakah dia benar-benar ingin meminta maaf atas perbuatannya.
Namun, hati saya masih terasa perih. Luka akibat perbuatannya belum sepenuhnya sembuh. Saya belum siap untuk bertemu dengannya dan memaafkannya.

Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak hadir di acara syukuran tersebut.

Saya menyampaikan pesan kepada teman saya untuk disampaikan kepada si ibu ini bahwa saya tidak bisa hadir karena ada kesibukan lain.
Meskipun saya tidak hadir, saya tetap mendoakan agar  si ibu ini mendapatkan umroh yang mabrur dan kembali ke tanah air dengan hati yang bersih. Saya berharap dia benar-benar berubah dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Kejadian ini memberikan pelajaran berharga bagi saya. Bahwa memaafkan orang lain membutuhkan waktu dan proses. Memaafkan bukan berarti melupakan, tetapi untuk membebaskan diri dari rasa sakit dan membuka jalan untuk kebahagiaan yang baru.

Cag sakitu caritana. THE END

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun