Mohon tunggu...
MIHDAR
MIHDAR Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer

Pendiri Yayasan Aman Sentosa Sejahtera, pendiri Pondok Pesantren AL-BAHA, pendiri Rumah Yatim Dhu'afa LAN TABURO, pendiri Rumah Qur'an ATS-TSAQOLAIN, Ketua Poktan Bumi Tani Anugerah, Owner Rumah Makan BEBEK HAJI MIHDAR, penulis, pegiat UMKM dan Pemerhati sosial.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kalau Ingin Pintar Jangan Alergi dengan Perbedaan

20 Desember 2024   11:47 Diperbarui: 21 Desember 2024   20:27 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara yang subur, semua jenis tumbuhan bisa tumbuh dan berbuah, jangankan sengaja ditanam tanpa sengaja ditanam pun banyak pepohonan tumbuh besar. Apapun yang diinginkan dari jenis tumbuhan semua pasti ada.

Ketika kita memasuki sebuah perkebunan akan kita dapatkan berbagai macam tumbuhan yang berbuah dengan aneka macam buahnya, kita tinggal piliha buah mana yang kita suka.

Gambaran tersebut sebagai suatu gambaran akan pola pikir dan pendapat yang kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Rambut sama hitam kepala sama tinggi duduk sama rendah tetapi pendapat pasti akan berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akan membuat harmoni kehidupan menjadi terjaga manakala disikapi dengan dewasa dan pikiran yang tenang.

Begitupun dalam pemikiran Islam, baik pemikiran aspek teologi apalagi syariat pastinya akan kita temukan ragam corak pendapat. Keragaman corak pemikiran dan pendapat tersebut tidak tidak lepas dari kondisi, situasi, dan waktu serta tempat tempat.

Ketika dihadapkan pada ragam pendapat dan pemikiran, hendaknya kita jangan gagap apalagi reaktif, bahwa pendapat yang tidak sejalan dengan pendapat kita pendapat tersebut pendapat yang salah bahkan sesat, ini sangat berbahaya.

Ulama-ulama dahulu biasa-biasa aja belajar kepada orang yang berbeda mazhab dengan mereka, bahkan beda agama. 

Dahulu, syaikh Abdul Qahir Jurjani, peletak ilmu Balaghah yang berakidah Asyari itu belajar kepada syaikh Abu Ali Alfarisi, seorang ulama Lughah yang berakidah Syiah. Saya bertanya ke syaikh Fauzi Konate soal ke-syiah-an Abu Ali Alfarisi, syaikh Fauzi menyatakan benar beliau adalah syiah, tapi syiah yang Imamiyah. Bahkan Al-Farabi dulu belajar kepada Yunus Bin Mata, Filsuf Kristen. 

Dulu, Khawajah Nashiruddin al-Thusi, ulama, dokter, filsuf, astronom yang bermazhab Syiah belajar kepada Al-Abhari, murid Fakhruddin Razi yang bermazhab sunni. Khawajah Nashiruddin al-Thusi juga guru bagi ulama-ulama besar ahlussunnah waljamaah, seperti Quthbuddin Syirazi, Al-Katibi. 

Taj Subki dulu belajar ke Al-Zahabi, murid Ibnu Taimiyah, padahal kedua mazhab mereka beda. 

Dari dulu ulama mengajarkan tidak fanatik, meskipun mereka beda mazhab bahkan agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun