Mohon tunggu...
MIHDAR
MIHDAR Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer

Pendiri Yayasan Aman Sentosa Sejahtera, pendiri Pondok Pesantren AL-BAHA, pendiri Rumah Yatim Dhu'afa LAN TABURO, pendiri Rumah Qur'an ATS-TSAQOLAIN, Ketua Poktan Bumi Tani Anugerah, Owner Rumah Makan BEBEK HAJI MIHDAR, penulis, pegiat UMKM dan Pemerhati sosial.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menelisik Sentra Gerabah Di Kabupaten Serang Provinsi Banten

29 November 2024   21:00 Diperbarui: 1 Desember 2024   16:29 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di salah satu desa yang ada di kabupaten Serang provinsi Banten ada satu desa yang terkenal sebagai sentra gerabah. Desa tersebut memproduksi gerabah dari mulai gerabah cowet, kendi, kuwali, gentong, pedaringan, pot bunga, jambangan, sampai momolo atau mastaka masjid atau musholla. 

Letak desa tersebut berada di kecamatan Ciruas kabupaten Serang, kalau dari Jakarta berjarak ± 50 km bisa ditempuh sekitar 1 jaman, dari jalan tol Jakarta Merak keluar di gerbang tol Ciujung kemudin belok kiri ke arah jalan Jakarta Serang pas lampu merah Ciruas belok kanan ke arah Pontang sekitar 5 km jarak yang ditempuh ke desa sentra gerabah tersebut.

Di Purwakarta ada desa sentra gerabah bernama Plered, di Jogjakarta ada desa sentra gerabah bernama Kasongan, di NTB ada desa sentra gerabah bernama Praya, kalau di Serang Banten ada desa sebagai sentra gerabah bernama desa Bumijaya.

Aktifitas produksi gerabah di desa Bumijaya sudah cukup lama, semenjak jaman kesultanan Banten kegiatan produksi gerabah sudah dilakukan oleh warga penduduk yang berjarak sekitar 10 km ke arah Timur dari Majid Agung Banten lama.

Di sekitar tahun 1990, tahun tersebut merupakan tahun keemasan bagi para pengrajin gerabah yang ada di desa Bumijaya, permintaan gerabah hampir tiap hari ada, baik permintaan dari pembeli lokal bahkan dari luar negri seperti dari Jepang, Australia, Eropa, bahkan Amerika. Hampir tiap minggu ada saja turis rombongan dalam satu bus datang mengunjungi desa Bumijaya.

Walaupun belum resmi menjadi destinasi wisata yang ada di kabupaten Serang desa Bumi jaya selalu ramai dikunjungi terutama kunjungan dari anak anak sekolah yang ada di kabupaten Serang.

Keunikan Gerabah Bumijaya 

Ada yang unik dari Desa Bumi jaya, walaupun pengambilan tanah untuk bahan baku gerabah tiap hari dilakukan namun sampai saat ini tidak ditemukan atau didapatkan kubangan bekas galian tanah sebagai bahan baku pembuatan gerabah.

Juga tanah dari Bumijaya tersebut setelah diteliti di laboratorium Balai Besar Keramik Bandung ternyata tanah tersebut memilik kelebihan bila dibanding dengan tanah yang ada di sentra sentra gerabah di luar Banten. Tanah dari desa Bumijaya memilik ketahan terhadap panas yang cukup bagus, walaupun dibakar api dengan tempratur di atas 700 derajat celsius, kowi atau kuwali masih tetap bertahan tidak pecah atau retak, makanya kowi dari desa Bumijaya banyak dipakai oleh para gurandil (penambang emas liar) dari sentra sentra penambang emas tradisional, seperti di Leuwi liang Bogor atau di Citorek, dan Pongkor Cipanas Lebak Banten.

Kehasan Gerabah Bumijaya.

Dari berbagai aneka jenis gerabah Bumijaya yang paling banyak diminati para wisatawan dari mancanegara adalah jenis gentong besar. Jenis gentong besar yang disukai adalah jenis gentong yang berwarna kusam, gentong yang terlihat seperti barang antik, seakan gentong tersebut merupakan gentong yang diproduksi puluhan tahun lalu, padahal kusamnya gentong tersebut karena efek finishing painting yang memakai timah atau glasur dengan proses pembakaran memakai oven berbahan bakar kayu. 

Namun sayang gentong tersebut sekarang lebih dikenal sebagai gentong atau gerabah produksi Bali, karena produksi dan pemasarannya ada di Bali, padahal bahan baku serta pengrajinnya semua dari Bumijaya orang Bali hanya sebagai pemilik modal dan pemilik show room belaka.

Sementara aktifitas para pengarjin gerabah di Bumijaya hanya memproduksi gerabah dalam ukuran kecil seperti kowi, kuwali, pot atau vas bunga, dan cowet serta kendi. Pengarji gerabah saat ini mulai berkurang, di tahun 90-an hampir di setiap RT se-desa Bumi jaya ada pengrajinnya, tapi sekarang hanya tinggal di RT 02, 03,04, dan 08 dan 09 saja, itu pun hanya tinggal ibu ibu lansia yang masih mau mengerjakannya, sementara anak anak mudanya sudah beralih profesi ke sektor lainnya yang lebih menjanjikan. 

Menurunnya minat masyarakat Bumijaya untuk memproduksi gerabah tersebut karena permintaan pesanan gerabah Bumijaya semakin hari semakin menurun dan berkurang.

Melihat masalah ini penulis mulai tahun 2012 mencoba memberikan solusi dengan cara membantu memasarkan melalui berbagai macam cara, mulai melalui : mengikuti pameran, baik pameran tingkat lokal sampai pameran nasional, mendirikan koperasi gerabah sebagai wadah para pengrajin, juga dengan mengadakan pelatihan- pelatihan untuk mengupgrade kemampuan para pengrajin husus pengarjin muda agar bisa bersaing dengan gerabah produksi luar seperti dari Plered Purwakarta di Jawa Barat. Juga saya bantu memasarkan melalui pemasaran online (online Shop) seperti buka lapak, shopee, dan lainnya, bahkan saya buatkan secara husus fanpage Gerabah Bumijaya.

Memasarkan Gerabah Dengan Surat Edaran (SE) Bupati 

Di tahun 2016 penulis meminta bantuan langsung ke Bupati  Kabupaten Serang ibu Rt Tatu Chasah agar Pemkab Serang membeli gerabah untuk didisplay di depan masing masing kantor OPD se-pemkab Serang, dan menerbitakan Surat Edaran Bupati (SE BUPATI) yang ditujukan kepada para pengusaha Hotel dan restoran (PHRI) agar membantu mempromosikan dengan cara membeli dan memajang gerabah atau gentong produksi dari desa Bumijaya di masing-masing hotel dan rumah makan milik mereka.

Ada sisa pekerjaan saya yang belum saya selesaikan terkait gerabah Bumijaya yaitu mengurus HAKI atau Hak Kekayaan Intelektual gerabah Desa Bumijaya di Kemenkumham karena kesibukan saya yang sampai saat ini belum bisa saya tinggalkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun