2045 adalah tahun yang menurut perhitungan statistika Indonesia akan mengalami bonus demografi. Ini adalah kondisi dimana Indonesia akan mengalami pertumbuhan penduduk, khususnya di usia produktif. Bonus demografi ini harus kita renungkan apakah ini benar-benar bonus atau sebuah musibah ?
Kepadatan planet Bumi
Menurut bappenas, kemungkinan pada tahun 2045, kepadatan manusia di planet bumi mencapai 9,45 Milyar jiwa. Dan menariknya terjadi pergeseran pertumbuhan data dimana hampir separuh perkembangan ini disumbang dari tanah Afrika. Sementara di sisi lain, kita sering menyimak informasi bahwa di tanah Eropa, Amerika dan beberapa kawasan Asia mengalami penurunan akibat dari rendahnya kelahiran.Â
Indonesia menjadi salah satu negara yang akan menyumbang peningkatan penduduk yang cukup banyak. Fenomena ini menarik untuk mengukur sejauh mana dampak dari bonus demografi harus kita sikapi, mengingat kualitas sumber daya manusia yang berkembang pada saat itu berasal dari negara-negara berkembang, yang notabene mayoritas masyarakatnya sebagai buruh dan pekerja teknis.
Sementara itu, isu-isu lain menyusul dari prediksi kepadatan manusia di bumi yang semakin meningkat, diantaranya isu pemanasan global, perubahan iklim, serta konflik-konflik sosial yang terjadi akibat ruang yang semakin mengecil. Semua hal ini menjadi variabel-variabel lain dalam upaya menyikapi bonus demografi yang akan kita hadapi.
Peluang dan Ancaman
Perhatikan bahwa negara-negara maju secara kuantitas mulai menurun, artinya jika kita cakap dalam melihat potensi ini, harusnya negara-negara berkembang harus mulai berbenah dan bersiap mengisi kekosongan sistem yang ada. Perbaikan ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, efektivitas pengolahan sumber daya alam menjadi potensi yang bisa dimanfaatkan dalam upaya menghadapi 2045.Â
Hal ini harus disiapkan dengan model pendidikan, pelatihan dan penyiapan berbagai aspek dengan lebih baik dan matang. Saya rasa, Indonesia memiliki potensi yang cukup manakala banyak dari anak-anak negeri kita mampu berbicara banyak di kancah Internasional. Kehadiran mereka di ajang-ajang kompetisi internasional cukup menjadi modal bagi pengembangan kualitas di masa depan. Contoh konkretnya, program beasiswa ke luar negeri bertajuk LPDP. Ini adalah langkah strategis untuk meningkatkan kualitas SDM di negeri kita, meskipun catatannya harus dibarengi dengan perbaikan sistem di negeri ini guna menghindari terjadinya 'penolakan' para mahasiswa dan pakar untuk mengabdi di Indonesia.
Tantangan di 2045 ini, saya yakin, akan sangat berbeda dengan tantangan di masa sekarang, dan sangat jauh berbeda dengan tantangan di masa lalu. Untuk menghadapi ini, secara khusus dibutuhkan sistem pendidikan yang visioner, mengedepankan pola fikir problem solving yang efektif dan efisien serta keterampilan teknologi terbaru.Â
Jika tidak berbenah, ancaman bukan hanya persaingan antar SDM yang semakin berat akan tetapi persaingan juga bisa terjadi antara manusia dan robot yang jelas terasa lebih efektif dan murah.Â
Ancaman berikutnya adalah bagaimana keberadaan teknologi yang hanya digunakan sebagai alat hiburan lantas menjadikan manusia lalai memungkinkan terjadi penurunan keterampilan. Keberadaan game, media sosial, konten-konten hiburan yang bersifat adiktif (seperti video pendek) menjadikan manusia tidak produktif. Alhasil, manusia seakan-akan hanya menjadi sapi perah, konsumen yang selalu rela mengeluarkan uang agar bisa hidup nyaman.