bagian pertama, kita telah menyadari dorongan anak terhadap dunia teknologi sebagai bagian dari hidup mereka. Bahkan sebagian dorongannya lagi adalah fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Memperkenalkan manfaat teknologi bisa sejak dini, lalu selanjutnya apa ?
PadaEtiket adalah tiketÂ
Yang pertama harus di pahami oleh orang tua adalah anak butuh pondasi sebagai sistem imun dalam menangkal berbagai ancaman teknologi. Ini yang harus pertama kali kita tanamkan pada anak-anak kita.Â
Keimanan dan ketaqwaan adalah pondasi penting yang harus ditanamkan pada anak sebelum mengarungi dunia digital. Keimanan dan ketakwaan ini akan menjadi benteng dan sistem imun yang akan menangkal berbagai ancaman di dunia maya.
Selain itu, keimanan dan ketakwaan ini pula akan melahirkan sikap budi pekerti dan akhlak mulia. Dua hal ini adalah potensi yang sangat penting yang harus dimiliki anak, sebelum berinteraksi dengan orang-orang secara virtual.
Kesadaran terhadap nilai-nilai kehidupan (hukum, norma, pahala, dosa dan yang lainnya) mestinya mampu menjadi batas-batas aktivitas anak di dunia maya. Tidak sembarangan berkata-kata, berbagi data dan informasi, tidak terpengaruh dengan budaya-budaya negatif, dan perilaku lain yang akan berdampak merusaka pada diri anak.Â
Dunia digital adalah dunia yang sangat luas dengan berbagai informasi, dan sebagian diantaranya tidak peduli dengan isi, kualitas dan dampak. Siapapun kita yang akan masuk dan berinteraksi didalamnya harus memiliki kedewasaan dalam berfikir dan kebijasanaan dalam mengambil keputusan.
Memahami esensi manfaat teknologi
Tidak sedikit sebagian dari anak-anak kita menganggap teknologi ini hanyalah mainan. Anak hanya memahami bahwa komputer adalah alat untuk nonton film, main game, menggambar, mendengarkan musik dan sebagainya. Tidak salah, akan tetapi anak butuh pemahaman lebih lanjut, bahwa fungsi komputer jauh lebih besar dari itu.
Komputer dan smartphone adalah contoh dari wujud teknologi yang senantiasa hadir dalam kehidupan anak, bahkan dari lahir. Ada yang sejak kecil sudah diberi tontonan youtube, bermain game balita, dan aktifitas lainnya. Beberapa diantaranya dengan didampingi oleh orang tua atau sebagai alat pengalih perhatian karena sibuknya orang tua.
Berbagai aktifitas ini lambat laun melahirkan persepsi pada diri anak, bahwa komputer hanya alat untuk bersenang-senang.Â