Aku ingin menjadi manfaat ketika bernyawa. Aku ingin melihat hari menjadi waktu beramal sepanjang aku diberi nafas olehnya. Aku ingin tinta putih yang menghiasi hidupku didunia, menutupi segala dosa yang aku tak sengaja perbuat kepadanya.
Hari terlewati bersama mobil tua berwarna merah jambu yang diwariskan orang tua. Aku sesekali membetulkan tuas butut untuk mengangkut hasil kebun warisan orang tuaku. Mobil ini warisan penuh sejarah, ia yang mengangkut kelapa dari desa ke kota untuk dijual, membiayai sekolahku hingga sarjana. Mereka berharap anak dan cucunya jadi orang berpendidikan nantinya, menjadi orang terpandang karena ilmu dan agamanya. Aku ingin seperti kelapa buahnya dan batangnya bermanfaat semua, semoga diri tak lupa dari mana asalnya. Karena jika mati hanya seonggok jasad tak bernyawa.
aku mulai diri melekapkan setiap kata dalam ijazah yang jadi saksi keberhasilan di kota menjadi mahasiswa sukses dari sebuah kelapa. Memang mobil itu mulai tua dan tuas itu mulai rusak dimakan usia. Tak sampai hati menjualnya jadi rongsok tak berguna, sekedar membeli bensin untuk pulang ke desa tercinta.
Mungkin kalang dihati, sesak tangis tak terasa berlinang air mata. Orang tua telah tiada sebelum melihat anaknya menjadi sarjana karena sebuah kelapa. Semoga harapan orangtuaku menyekolahkanku tak sia – sia , menjadi manusia terdidik terpandang karena ilmu dan agamanya.
Jakarta, 7 Januari 2015 I Gilang Ramadhan
@kanggilang03
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H