Kamis pagi (04/04/2019) saya sempatkan berkunjung untuk berbincang dengan pemilik usaha kuliner Putu Lanang yaitu bapak Siswoyo. Putu Lanang adalah sebuah nama usaha kuliner yang melegenda. Saking melegendanya jika pembaca menulis kata Putu saja di mesin pencari Google, maka yang muncul Putu Lanang.
Putu adalah jajanan tradisional. Di Indonesia jajanan Putu hampir ada di semua kota. Jadi ketika ada pertanyaan jajanan putu berasal dari mana akan sulit di jawab dengan benar. Putu selama ini identic dengan Putu Ayu, itulah kenapa pak siswoyo menamakan usaha ini dengan Putu Lanang untuk membedakan dengan nama yang sudah ada. Putu lanang yang ada hanya ada di Malang, yang di miliki pak siswoyo. Putu lanang sudah memiliki hak paten.
Sebelumnya pada hari Senin (01/04/2019) penulis berkunjung ke Jalan Claket Gang 2. Untuk melakukan wawancara. Wawancara ini dalam rangka untuk bahan membuat buku 105 kuliner legendaris di Kota Malang.
Bayangan penulis, warung Putu Lanang menempati sebuah warung minimal 4 x 4 meter dengan kursi berjajar semacam warung kopi. Dugaan penulis salah besar. Setelah bertanya ke tukang becak yang mangkal di pinggir jalan. Penulis di arahkan pada sebuah kerumunan orang yang memarkir sepeda motor di pinggir jalan. Warung Putu Lanang ternyata hanya menempati pojok jalan sebuah gang buntu.
Bagi penulis jubelan pengunjung yang antri itu kejutan pertama, demi untuk mendapatkan Putu, rela sampai antri. Menurut tukang parkir jubelan pengunjung itu sepi, kalau biasanya untuk jalan saja sulit,. Ketika penulis datang mendekat ke pak siswoyo, beliau dengan sigap langsung menanyai pembeli, pesan apa saja.
Dengan gaya yang akrab pak siswoyo langsung menghargai pesanan pembeli. Penulis di buat takjub ketika sekitar 15 pembeli ditanyai pesanannya sekaligus harganya, pak siswoyo dengan sigap melayani pembeli sesuai pesanan, tanpa salah dan tanpa complain pembeli karena merasa lama belum di layani.
Maka tak aneh ketika penulis berkunjung ke rumah pak siswoyo, beliau bercerita tadi malam berjualannya cukup ramai. Karena ramainya pembeli, pak siswoyo sampai tidak bisa menghafal pesanan pembeli. Pak siswoyo mampu menghafal detail pesanan pembeli sampai 50 orang. Jika sudah tidak mampu menghafal, berarti pengunjung memang lagi membludak.
Warung Putu Lanang tertulis di kartu nama buka mulai jam 17.00. Tapi pak siswoyo biasanya berangkat ke warung setelah sholat magrib, praktis ketika pak siswoyo datang pembeli sudah berjubel. Hanya berjualan 3 jam setidaknya 600-700 porsi terjual. Tak ayal, pak siswoyo menolak ketika di tawari memakai jasa Gofood dan Grabfood.
Putu Lanang nama yang diberikan pak siswoyo mulai tahun 2000 ketika pak siswoyo mulai di beri amanah bu Supiah untuk meneruskan usaha Putu. Sebelumnya nama putu ini terkenal dengan nama Putu Celaket. Pak siswoyo sebenarnya tidak ingin meneruskan usaha Putu ini. Setelah lulus SMA pak siswoyo seringkali harus bekerja di luar Jawa di perusahaan kontruksi. Sedangkan saudara sulung pak siswoyo adalah seorang dokter yang tidak mungkin berjualan Putu. Sebelum di pegang pak siswoyo Putu claket sempat di pegang saudara-saudara dekat, tapi grafik penjualan justru menurun.