Mohon tunggu...
Imam Maliki
Imam Maliki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Membuat Rancangan Usaha Itu Gampang, Susahnya Mengawali

11 November 2018   23:01 Diperbarui: 13 November 2018   20:10 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegelisahan itu sempat saya utarakan ke mbak Erni Kusuma (anggota Bolang) yang juga ikut stan pameran. Beliau menyarankan untuk tetap melanjutkan. Sambil menyebutkan sebuah slogan Dodolan lan dolanan (berjualan dan bermain). Berjualan memang seperti main-main, tapi menghasilkan.

Kegelisahan saya yang terbesar adalah masih ada rasa malu dan gengsi. Dalam otak kecil saya sempat terpikir gimana jika nanti ketika jualan yang membeli murid saya dulu di SMK. Bagaimana jika nanti teman-teman mantan aktivis dulu mampir ke tempat jualan. Bagaimana nanti jika teman-teman yang pernah ngobrol proyek milyaran mampir ke bedak Pentol Gongso yang berharga 5.000 Rupiah.

Untunglah, di antara semangat yang timbul tenggelam itu ada motivasi dari orang-orang terdekat untuk tetap membuka proyek kuliner kecil ini. Dari saya motivasi itu berupa keyakinan jika usaha ini di seriusi dan di telateni maka akan bisa menjadi usaha besar.

Tanggal itu 10 November 2018, saya harus sering-sering ke belakang tandanya cemas. Hampir mirip dengan kecemasan ketika mau ujian skripsi dan kecemasan ketika mau ijab qobul pernikahan. Kecemasan jika dagangan tidak laku, kecemasan menghadapi orang-orang yang kenal dan kecemasan menghadapi permasalahan yang mungkin timbul.

Sehari sebelum pameran kreatif. Kebutuhan untuk pameran sudah saya tulis di secarik kertas. Mulai dari rombong, serbet sampai tusuk gigi masuk daftar itu.

Tercatat ada 15 item yang harus saya bawa. Semua sudah saya kumpulkan di depan rumah. Setelah semua barang terkumpul, saatnya evakuasi barang. Mobil beberapa teman yang saya hubungi menyatakan tidak bisa mengantarkan pada hari itu. Karena mobil sedang di pakai diluar kota.

Adapula yang sedang diservis. Jika saya mau alasan ini sebenarnya bisa untuk menggagalkan proyek pecah telur mengawali usaha. Karena tekat sudah bulat, kendala-kendala itu bisa di atasi dengan mengangkut pada sepeda motor. Harus 2 kali pergi pulang mengantarkan barang dari rumah ke tempat acara sejauh 25 kilometer.

Setelah barang saya data sebanyak 15 item itu, ternyata ketika hari pelaksaan jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 30 item. Sotel, air mineral, minyak goreng salah satu item yang tidak ada pada pendataan pertama. Dan otomatis pendanaan juga menggelembung dari perkiraan awal.

Ketika sudah berada di arena pameran. Kegelisahan dan ketakutan yang tergambar sejak awal itu nyaris tidak ada. Lancar, laris dan puas. Itulah, kisah awal membuka usaha, semoga menginspirasi para pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun