Mohon tunggu...
Ferry Aldina
Ferry Aldina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Writerpreneur I Islamic Parenting Blogger

Praktisi Parenting Islam

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Asuransi Pendidikan Masih Kalah Pamor dibanding Asuransi Kesehatan? Mari Kita Cari Solusinya!

18 Juni 2016   23:45 Diperbarui: 19 Juni 2016   00:01 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Nangkring bersama Commonwealth Life (sumber : http://www.commlife.co.id/Media-Center/Latest-News/Plan-Your-Future)

Kesehatan adalah harta paling berharga yang dimiliki oleh setiap orang. Kesehatan dibutuhkan oleh semua golongan. Orang kaya pun jika sakit maka tidak akan bisa menikmati kekayaannya. Memang kesehatan itu tidak bisa dirasakan kecuali ketika kita sudah merasakan yang namanya sakit.

Program – program kesehatan banyak sekali diminati oleh banyak orang. Mulai dari lembaga pemerintah sampai dengan swasta pun sudah mewadahi kebutuhan masyarakat tersebut. Sadar akan kesehatan adalah kunci utama masyarakat dalam mengikuti program – program kesehatan yang diberikan pemerintah dan swasta.

Bagaimana dengan pendidikan? Apakah sama pentingnya dengan kesehatan?

Rasanya tidak pas untuk menyandingkan pendidikan dengan kesehatan. Ibarat uang dengan mata koin yang berbeda, keduanya sangat berperan dalam kehidupan masyarakat. Sangatlah wajar jika kesehatan dinomorsatukan karena memang itu menyangkut dengan nyawa. Tetapi apa jadinya jika pendidikan tidak juga dinomorsatukan?

Dalam hal ini mungkin perbedaan prioritas tiap orang menjadi pusat permasalahannya. Kesehatan karena begitu pentingnya maka diikutsertakan ke program – program pemerintah. Bahkan ada juga yang ditambah dari pihak swasta. Istilahnya menjadi “Double Cover

“Andai saja pendidikan seperti nyawa kehidupan.”

Waktu itu ketika SMA, saya memiliki teman yang kedua orangtuanya bekerja. Tidak seperti orang tua pada lazimnya. Saya kira ada keunikan dalam keluarga tersebut, yaitu perihal “patungan gaji”. Orang tuanya sama – sama menyisihkan 50% penghasilannya untuk pendidikan anaknya.

Entah waktu itu sudah ada asuransi pendidikan atau belum. Akan tetapi poin pentingnya adalah kesadaran akan pendidikan anak menjadikan dasar orang tua memberikan segalanya untuk anak. Pendidikan anak yang “terfasilitasi” dari orang tua dapat memberikan efek positif bagi masa depan anak.

Ketika menginjakkan pada tahun terakhir SMA, mulailah pengeluaran – pengeluaran untuk pendidikan berhamburan. Kuliah memerlukan biaya yang tidak sedikit. Mulai tahap pendaftaran pun pasti dipungut biaya. Akan kewalahan jika ketika itu, semuanya tidak terplanning dengan baik.

Untungnya waktu itu dana sudah tercukupi. Sehingga daftar kuliah kemanapun tidak repot lagi. Bahkan ketika gagal di kampus tertentu, bisa mendaftarkan ke kampus lain tanpa mengkhawatirkan biayanya. Karena memang sudah disiapkan bertahun – tahun oleh orang tuanya.

Bagaimana jadinya jika kebutuhan pendidikan tidak disiapkan dengan baik? Apakah keleluasaan dalam memilih kampus bisa dilakukan? Jika memang pendidikan sudah menjadi sebegitu pentingnya, maka apa  salahnya sama – sama menomorsatukan pendidikan dan kesehatan sebagai nyawa kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun