Menulis bukan sekadar menuangkan pikiran ke dalam kata-kata, melainkan sebuah tindakan strategis yang memiliki kekuatan besar dalam membentuk opini, mempengaruhi kebijakan, dan menggerakkan perubahan sosial.Â
Dalam konteks Indonesia, menulis untuk melayani Islam dan Marhaenisme memiliki peran yang sangat penting. Kedua ideologi ini, meski berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki tujuan yang sejalan dalam menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan bermartabat. Oleh karena itu, penulis yang berdedikasi untuk kedua ideologi ini memiliki peran strategis yang krusial dalam memperjuangkan nilai-nilai luhur yang mereka anut.
### Islam dan Marhaenisme: Dua Pilar yang Mengakar
Islam, sebagai agama mayoritas di Indonesia, menawarkan panduan moral dan spiritual yang komprehensif bagi umatnya. Islam mengajarkan prinsip-prinsip keadilan, kasih sayang, dan kemanusiaan yang mendalam. Dalam ajaran Islam, menulis adalah salah satu bentuk ibadah. Al-Quran sendiri diawali dengan surat Al-'Alaq, yang mengandung perintah untuk membaca dan menulis. Ini menunjukkan bahwa menulis memiliki tempat istimewa dalam ajaran Islam sebagai sarana untuk menyebarkan ilmu dan kebenaran.
Di sisi lain, Marhaenisme, yang digagas oleh Bung Karno, adalah ideologi yang berakar pada keberpihakan kepada kaum marhaen, yakni rakyat kecil yang tertindas dan terpinggirkan. Marhaenisme mengajarkan pentingnya perjuangan melawan ketidakadilan dan penindasan, serta mendorong terciptanya masyarakat yang adil dan sejahtera. Bung Karno menggunakan tulisan-tulisannya sebagai senjata untuk menyampaikan gagasan-gagasannya dan menggerakkan rakyat untuk berjuang demi kemerdekaan dan keadilan.
### Menulis sebagai Alat Perjuangan
Menulis untuk melayani Islam dan Marhaenisme berarti menggunakan pena sebagai alat perjuangan untuk menyampaikan pesan-pesan moral, sosial, dan politik yang berpihak pada keadilan dan kemanusiaan. Dalam konteks ini, menulis bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang membangkitkan kesadaran, menginspirasi tindakan, dan memperjuangkan perubahan.
1. **Menyebarkan Nilai-Nilai Luhur**: Penulis memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Islam dan Marhaenisme. Melalui tulisan, penulis dapat mengajarkan prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan kepada masyarakat. Tulisan-tulisan ini dapat berbentuk artikel opini, esai, buku, atau bahkan konten digital yang mudah diakses oleh publik.
2. **Mengkritisi Ketidakadilan**: Menulis adalah salah satu cara efektif untuk mengkritisi ketidakadilan dan penindasan yang terjadi di masyarakat. Penulis dapat mengangkat isu-isu sosial, politik, dan ekonomi yang merugikan rakyat kecil dan mengeksploitasi yang lemah. Dengan demikian, tulisan dapat menjadi alat untuk memberikan suara kepada mereka yang sering kali tidak terdengar.
3. **Mengedukasi Masyarakat**: Penulis memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat tentang hak-hak mereka dan cara-cara untuk memperjuangkannya. Tulisan yang informatif dan edukatif dapat membantu masyarakat memahami situasi mereka, serta memberikan panduan tentang cara untuk mencapai perubahan yang diinginkan.
4. **Menginspirasi Tindakan**: Tulisan yang kuat dan menggugah dapat menginspirasi tindakan. Penulis dapat menggerakkan masyarakat untuk terlibat dalam aksi-aksi sosial, gerakan advokasi, atau kampanye-kampanye yang bertujuan untuk memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan. Dengan demikian, tulisan dapat menjadi pemicu bagi perubahan sosial yang nyata.