Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Benar Sistem Ekopol Berpengaruh pada Kualitas Seks?

11 Juli 2024   04:29 Diperbarui: 11 Juli 2024   04:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://spada.uns.ac.id/course/view.php?id=1941

Dalam diskusi mengenai dampak sistem ekonomi-politik (ekopol) terhadap berbagai aspek kehidupan, salah satu topik yang sering diabaikan namun penting adalah bagaimana sistem ini mempengaruhi kualitas hubungan intim atau seksualitas masyarakat. Meskipun tampak tidak langsung berhubungan, hubungan antara ekopol dan kualitas seks sebenarnya lebih erat daripada yang kita kira.

### Ekonomi dan Stress

Salah satu cara utama bagaimana sistem ekonomi-politik dapat mempengaruhi kualitas seks adalah melalui tingkat stress yang dialami individu. Sistem ekonomi yang tidak stabil, tingkat pengangguran yang tinggi, dan ketidakpastian finansial dapat meningkatkan tingkat stres di kalangan masyarakat. Stres yang tinggi ini memiliki dampak negatif langsung pada kehidupan seks seseorang.

Ketika individu mengalami stres kronis, tubuhnya menghasilkan lebih banyak hormon kortisol. Kortisol yang tinggi dalam jangka panjang dapat mengganggu produksi hormon seks seperti testosteron dan estrogen, yang penting untuk gairah seksual dan fungsi seksual yang sehat. Dengan demikian, tekanan ekonomi yang disebabkan oleh kebijakan politik yang kurang memadai dapat menyebabkan penurunan gairah seksual dan kualitas seks yang buruk.

### Akses Kesehatan dan Pendidikan Seks

Sistem ekopol juga memainkan peran penting dalam akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan seks. Negara dengan kebijakan kesehatan yang inklusif dan anggaran kesehatan yang cukup memungkinkan warganya untuk mendapatkan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan seksual dan reproduksi. Ini termasuk akses ke kontrasepsi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan pengobatan untuk masalah seksual seperti disfungsi ereksi atau masalah libido.

Selain itu, pendidikan seks yang memadai dapat membantu individu memahami tubuh mereka dan hubungan seksual yang sehat. Pendidikan yang baik tidak hanya mengajarkan tentang risiko dan pencegahan, tetapi juga tentang komunikasi yang sehat dalam hubungan dan pentingnya persetujuan. Kebijakan pendidikan yang progresif dan inklusif akan memastikan bahwa semua orang, termasuk remaja, mendapatkan informasi yang mereka butuhkan untuk menjalani kehidupan seksual yang sehat dan memuaskan.

### Ketimpangan Sosial dan Kualitas Hubungan

Ketimpangan ekonomi yang dihasilkan dari sistem politik yang tidak adil juga dapat mempengaruhi dinamika hubungan dan, pada akhirnya, kualitas seks. Ketika terdapat ketimpangan besar antara pasangan dalam hal pendapatan atau status sosial, ini dapat menimbulkan ketegangan dan ketidakpuasan dalam hubungan. Ketegangan ini dapat merembet ke dalam kehidupan seksual, mengurangi kepuasan dan keintiman antara pasangan.

Selain itu, ketimpangan gender yang sering diperkuat oleh kebijakan ekonomi-politik tertentu dapat menyebabkan ketidakseimbangan kekuasaan dalam hubungan. Ketika salah satu pihak merasa lebih dominan atau superior, ini dapat mengurangi kesempatan untuk komunikasi yang jujur dan terbuka mengenai kebutuhan dan keinginan seksual, yang esensial untuk kualitas seks yang baik.

### Kebebasan Individu dan Hak Asasi

Sistem politik yang menekan kebebasan individu dan hak asasi manusia juga dapat memiliki dampak negatif signifikan terhadap kehidupan seksual masyarakat. Di negara-negara dengan pemerintahan otoriter atau yang memiliki undang-undang yang menindas, individu sering kali tidak memiliki kebebasan untuk mengekspresikan identitas seksual mereka atau menjalani kehidupan seks yang sesuai dengan preferensi mereka.

Ketakutan akan diskriminasi, kekerasan, atau sanksi hukum dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang mengganggu fungsi seksual. Misalnya, di banyak negara di mana hubungan di luar pernikahan masih dianggap ilegal atau tidak diterima secara sosial, individu mungkin merasa tertekan dan tidak dapat menikmati hubungan seksual yang sehat dan memuaskan karena ketakutan akan stigma atau penindasan.

### Solusi dan Harapan

Mengingat dampak signifikan sistem ekonomi-politik terhadap kualitas seks, penting bagi pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan aspek ini dalam merumuskan kebijakan publik. Investasi dalam kesehatan mental dan fisik, pendidikan seks yang komprehensif, dan upaya untuk mengurangi ketimpangan ekonomi dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup, termasuk dalam hal seksualitas.

Selain itu, masyarakat juga perlu lebih terbuka dalam membahas isu-isu seksual dalam konteks sosial dan politik. Menghilangkan stigma dan tabu seputar seksualitas dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan suportif bagi individu untuk mengeksplorasi dan menikmati kehidupan seksual mereka tanpa rasa takut atau malu.

### Kesimpulan

Sistem ekonomi-politik memang memiliki pengaruh besar terhadap kualitas seks dalam masyarakat. Dari stres ekonomi hingga akses kesehatan, ketimpangan sosial, dan kebebasan individu, berbagai faktor ini saling terkait dan membentuk pengalaman seksual kita. Oleh karena itu, penting untuk mengakui dan mengatasi hubungan ini agar kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera, tidak hanya dalam aspek ekonomi dan politik, tetapi juga dalam hal kesehatan seksual dan kebahagiaan individu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun